Dia menjelaskan, realisasi operasi pasar sepanjang Januari-Februari 2012 sudah mencapai angka fantastis, yaitu sebesar 210 ribu ton beras. Padahal sepanjang 2011, operasi pasar hanya mencapai 402 ribu ton beras. "Ini sudah separo dari angka operasi pasar tahun lalu. Mungkin karena dampak penurunan produksi masih terasa," jelasnya.
Dia mencatat, pada 2006, Bulog melakukan operasi pasar sebanyak 56 ribu ton beras. Setahun kemudian meningkat tajam menjadi 318 ribu ton. Pada 2008 dan 2009 Bulog tidak melakukan operasi pasar karena produksi beras nasional dan harga beras stabil. Pada 2010 sebanyak 39.420 ton dan 2011 meningkat menjadi 402.000 ton.
Sutarto menjelaskan, operasi pasar di Provinsi DKI Jakarta lebih besar dibandingkan daerah lain. Pemasukan beras OP di Pasar Induk Cipinang sepanjang 2011 disuplai dari beberapa daerah seperti Cianjur, Karawang, Banten, dan beras eks Bulog.
Sejak 2010 lalu, lanjut Alimoeso, Bulog sudah melakukan operasi pasar dengan kualitas beras premium yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Operasi beras premium masuk dalam beras komersial bulog didapat dari pengadaan beras dalam negeri ataupun impor."Pada 2012 ini kita konsentrasi juga untuk lakukan OP pada beras premium. Ini dikarenakan dulu raskin sering dianggap jelek," katanya. Akibat kualitas beras raskin yang jelek, banyak pemerintah daerah yang menolak dan mengembalikan beras raskin ke Bulog.
Sedangkan mengenai penyaluran raskin pada 2012, jumlahnya masih sama dengan tahun lalu yakni 3,41 juta ton. Beras raskin sebanyak itu diperuntukkan bagi 17,49 juta rumah tangga sasaran (RTS) selama 13 bulan dengan volume 15 kg per bulan per RTS. (dri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebulan, Angsuran Rumah Dipatok Rp 575 Ribu
Redaktur : Tim Redaksi