BOGOR – Warga Bogor jangan berharap banyak untuk secepatnya menikmati jalan yang mulus di Kota Bogor. Beberapa jalan yang aspalnya sudah mengelupas nampaknya akan dibiarkan semakin rusak, hingga ada kepastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Ya, kepastian jumlah kenaikan harga BBM pada 1 April mendatang akan berimbas terhadap molornya sejumlah pembangunan infrastruktur di daerah. Pasalnya, proses lelang proyek infrastruktur yang rencananya bakal digelar April mendatang juga ikut molor menyusul kepastian kenaikan harga BBM. Wajar, karena pengusaha jasa konstruksi tidak mau ambil risiko mengalami kerugian yang lebih besar.
Sejatinya, Pemerintah Kota (Pemkot Bogor) melalui Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) menganggarkan dana segar lebih dari Rp100 miliar dari APBD untuk membenahi infrastruktur di beberapa titik.
Rencananya, anggaran tersebut bakal digunakan untuk perbaikan jalan, seperti Jalan Semplak, Sukasari, Johar serta Jalan Cipaku. Sedangkan untuk Jalan Pajajaran serta kelanjutan pembangunan Jalan Sholeh Iskandar hingga Salabenda dan Jembatan Bubulak-Cisadane, menggunakan biaya APBN. Selain itu, penataan drainase juga masuk program, seperti di simpang Yasmin, Jalan KS Tubun serta simpang Bale Binarum.
Kepala DBMSDA Kota Bogor, Hermansyah mengatakan, naiknya harga BBM tentu bakal mempengaruhi proyek pengerjaan jalan yang telah diagendakan. Hal itu akan berimbas pada bahan material karena diperkirakan akan ikut naik. “Tentu saja itu dikhawatirkan mengganggu proyek pengerjaan infrastruktur yang sedang kita lakukan,” ujarnya, kemarin.
Namun, hal itu tergantung pada seberapa besar dampaknya bagi harga bahan baku. Jika kenaikan tak terlalu besar, proyek akan tetap berjalan sesuai dengan jadwal. “Lelang akan dimulai bulan depan (April, red), diharapkan tidak berpengaruh banyak kepada rencana proyek ke depan. Apalagi, ada beberapa yang didanai oleh pemerintah pusat,” imbuhnya.
Kekhawatiran serupa dialami pengusaha jasa konstruksi yang masih menghitung biaya jika kenaikan BBM berpengaruh besar terhadap bahan baku. Meski belum pasti, ancaman proyek bakal molor menjadi momok tersendiri.
Manajer PT Delbiver Cahaya, Gunawan mengatakan, naiknya harga BBM juga diikuti dengan kenaikan serupa di tiap sektor. Jika telah menyentuh sektor jasa konstruksi pembangunan, maka diperkirakan sejumlah proyek akan tertunda.
Misalkan untuk satu sak semen tipe 1 dijual Rp53 ribu. Jika naiknya BBM tak berpengaruh terhadap bahan material, itu tak jadi persoalan. Yang jadi pertanyaan, sambungnya, bagaimana jika hal itu berdampak. “Kita harus menghitung ulang harga bahan material yang akan dipesan agar tidak menimbulkan kerugian dalam jumlah besar,” ungkapnya.
Namun, Gunawan mengaku, tetap menunggu seberapa besar pengaruhnya pada harga bahan baku pembangunan. Jika dampaknya cukup tinggi, ia akan berpikir ulang karena tak mau menderita kerugian akibat tak mampu memenuhi pasokan barang. “Daripada gulung tikar, lebih baik mundur dan cari proyek skala kecil dahulu untuk menyesuaikan dengan kenaikan barang,” tandasnya.
Ditemui di tempat terpisah, Ketua Komisi C DPRD Kota Bogor, Dadang Ruchaya menyarankan agar pengusaha jasa konstruksi sebaiknya memiliki stok persediaan bahan material untuk mengantisipasi kelonjakan harga. “Untuk jaga-jaga saja kalau kenaikan bahan material dapat mengganggu proyek infrastruktur yang telah direncanakan sebelumnya,” katanya.
Dadang menambahkan, terkait adanya eskalasi kenaikan harga BBM perlu menunggu seberapa besar pengaruhnya terhadap proyek pembangunan. Jika masih wajar dan tidak ada pengaruhnya, terang dia, berarti tak ada yang perlu dikhawatirkan. “Kami tetap berharap agar hal itu tak mempengaruhi lelang tender yang akan dilakukan di tahun ini agar sejumlah proyek tak tertunda,” pungkas politisi PKS ini. (rur)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemkot Bekasi Tambah Tiga Rute Feeder Busway
Redaktur : Tim Redaksi