Bebas 16T

Oleh: Dahlan Iskan

Senin, 30 Januari 2023 – 07:07 WIB
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SAHABAT Disway punya ayah: ingin menabung di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Indosurya

"Saya ingatkan Papa: jangan. Tetapi Papa ngotot. Akhirnya tertipu," ujarnya.

BACA JUGA: Yourway Myway

Mengapa ia mengingatkan Papanya? "Tahun 1994 atau 1995 saya pernah membaca berita bahwa keluarga ini bermasalah. Ditangkap. Soal penipuan," kata sahabat Disway itu.

"Sekali penjahat akan tetap penjahat," itu prinsipnya.

BACA JUGA: Uya Utama

Bahwa begitu banyak orang yang tergiur menabung di KSP Indosurya itu karena taktiknya memang jitu.

"Dari segi besarnya bunga, tidak membuat orang curiga," tuturnya.

BACA JUGA: Barang Enak

"Bunga yang ditawarkan hanya 2 persen lebih tinggi dari bunga deposito di bank yang paling tinggi," tambahnya.

Yang membuat orang curiga biasanya justru pada janji bunga yang sangat tinggi.

Henry Surya kelihatannya belajar dari kasus-kasus lama: jangan bikin curiga.

Taktik lain yang juga hebat: Henry Surya tidak pernah tampil mengajak orang untuk menabung di KSP Indosurya. Inilah yang membuat ia sulit dijerat pidana.

Oleh karena itu, hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Barat membebaskannya dari tuntutan. Yakni 20 tahun penjara seperti yang diminta jaksa.

Hakim berpendapat perbuatan itu ada. Dilakukan oleh terdakwa Henry Surya. Akan tetapi ia harus lepas dari tuntutan hukum. Tidak ada unsur pidananya. Ini soal perdata murni.

"Selama ini banyak yang masuk penjara karena diketahui pernah mengajak orang. Ada yang mengajak lewat YouTube segala. Henry tidak pernah terlihat mengajak-ngajak orang untuk menabung di KSP Indosurya," katanya.

Henry Surya bebas.

Dan Indonesia heboh.

Penipu 14.000 orang dengan nilai sebesar Rp 16 triliun tidak bisa dihukum.

Menko Polhukam Mahfud MD kelihatan geram. Tetapi, hukum adalah hukum.

Hakim independen untuk memutuskan sesuai dengan keyakinan mereka. Dan keyakinan itu didasarkan pada fakta di persidangan.

Tidak satu pun saksi yang mengatakan bahwa mereka disuruh Henry Surya untuk mengumpulkan uang dari nasabah. Termasuk saksi yang peran mereka adalah "perantara", atau juga disebut "marketing".

Sebenarnya begitu saksi-saksi itu mengatakan ''disuruh'' atau "ditugaskan" oleh Henry Surya, pastilah hakim akan punya keputusan lain.

Berarti ketika para saksi itu diperiksa oleh polisi juga tidak ada yang mengatakan "disuruh" itu.

Mungkin polisi sudah menanyakan. Atau mungkin juga tidak menguber ke pengakuan seperti itu. Terserah polisi.

Ketika polisi menyerahkan berkas perkara ini ke kejaksaan, seharusnya polisi sudah tahu: unsur pidananya sudah cukup kuat. Kalau tidak, polisi semestinya tidak akan berani melimpahkan berkas ke kejaksaan.

Kejaksaan yang mendalami berkas itu, tentu juga sudah yakin: ada perbuatan pidana. Karena itu berkasnya dikirim ke pengadilan.

Kalau jaksa merasa unsur pidananya kurang kuat, berkas itu akan dikembalikan kepada polisi. Untuk dilengkapi. Diperkuat bukti dan saksinya.

Soal pengembalian berkas ini ada juga hambatan hukum: kalau berkas bolak-balik jaksa-polisi-jaksa, akan memakan waktu. Padahal, masa penahanan tersangka akan habis.

Bisa-bisa tersangka harus dilepas demi hukum karena masa penahanan 20 harinya sudah habis, sedang berkasnya tidak kunjung lengkap.

Memang masa penahanan itu bisa diperpanjang tetapi ada batasnya.

Bahwa Henry Surya, pengelola KSP, dibebaskan oleh hakim, sebenarnya juga sudah bisa ditebak: Suwito Ayub kan juga bebas. Di pengadilan sebelumnya.

Suwito adalah penanggung jawab KSP Indosurya. Kini Suwito raib. Entah di mana.

Sahabat Disway sendiri pernah diajak memasukkan dana ke Indosurya oleh salah satu "perantara". Ia diajak makan-makan. Kebetulan teman satu sekolahnya dulu.

"Saya langsung katakan padanya, kita makan-makan saja. Kita jangan bicara Indosurya. Ini nanti ujung-ujungnya jebol," katanya saat itu.

Para perantara Indosurya memang agresif cari nasabah. Komisinya besar sekali: sampai 30 persen. Latar belakang mereka juga orang keuangan.

Banyak yang dari kalangan perbankan. Pemilik uang umumnya kenal mereka sebagai pegawai bank tepercaya.

Tentu banyak juga nasabah yang menuntut perantara itu. "Dulu, kan, kamu yang minta saya memasukkan uang. Maka kamu harus tanggung jawab". Begitu umumnya permintaan nasabah.

Akan tetapi jawaban perantara juga senada: kami juga tertipu oleh Indosurya.

Pengacara seperti Alvin Lim –kini ditahan polisi– mencurigai permainan Indosurya ini tidak sebatas pada Henry Surya. Tetapi harus dikejar sampai bapaknya: Surya Effendy. Bahkan, sampai istri ketiga bapaknya itu: Natalia.

Effendy adalah orang Surabaya yang jaya di Jakarta. Effendy mendirikan sekuritas terkenal di Jakarta: Asjaya Indosurya Securities.

Alvin Lim sudah pernah membuat pengaduan ke polisi soal ini: pengaduan 0204/2022. Lalu tiga pengaduan lainnya lagi.

Menurut Kate, anak Alvin Lim, pengaduan ini belum pernah ditangani dengan baik.

"Bapak saya berpesan agar polisi menindaklanjuti pengaduan 0204 itu," ujar Kate yang masih pelajar SMA itu.

Dengan demikian, Henry Surya bisa langsung ditahan berdasar pengaduan 0204 itu. Atau tiga pengaduan lainnya.

Agar Henry jangan kabur seperti Suwito. Anak buah Henry ini langsung kabur begitu dibebaskan oleh hakim.

Tentu, yang juga sulit adalah mengejar harta Henry dan bapaknya. Para nasabah tentu lebih mengharapkan uang kembali. Tetapi tidak banyak yang bisa diharapkan.

"Sudah dilarikan ke luar negeri. Kita harus kejar sampai dapat," ujar sahabat Disway itu.

"Mereka punya banyak apartemen di Singapura," tambahnya.

Orang seperti Alvin Lim akan mengejar Henry sampai ke ujung dunia. Apalagi ada indikasi pencucian uang.

Dalam laporan 0204 itu, Alvin menyebut terjadinya indikasi pencucian uang itu. Yakni ketika PT Indosurya Inti Finance (PT IIF) berganti nama menjadi PT Sarana Majukan Ekonomi Finance Indonesia (PT SMEFI).

Akan tetapi, Alvin tidak akan bisa mengejar Henry dan bapaknya. Badannya kini dibatasi oleh dinding-dinding ruang tahanan. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Brandon Assamariyyun


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler