Bebek Terus Mati Mendadak

Kamis, 27 Desember 2012 – 09:48 WIB
PURBALINGGA- Para peternak itik maupun bebek di sejumlah kecamatan yang diduga terserang virus Avian Influenza (AI) mengaku hanya bisa pasrah. Semakin hari, itik piaraannya berkurang akibat mati mendadak. Padahal, penyemprotan desinfektan sudah dilakukan berulangkali.

Juweni (54), salah satu peternak itik dan bebek di Desa Karangtalun Kecamatan Bobotsari mengaku, hingga pekan ini ia sudah mengalami kerugian materi hingga Rp 5 juta. Ia memperkirakan, masih banyak bebek dan itik miliknya yang akan menjadi korban keganasan penyakit itu.

“Saya memiliki hampir 400 bebek, sampai saat ini saja yang mati sudah sampai 80 ekor. Padahal setiap permintaan dari pihak luar Purbalingga harus dipenuhi kontinyu. Namun karena gangguan ini, saya pasrah dan istirahat dulu,” ujarnya, Rabu (26/12).

Ia mengaku, sudah sekitar dua minggu ini terkena wabah penyakit yang sebenarnya mirip tetelo. Namun di sejumlah wilayah lain dikatakan Balai Besar Veteriner Jogja, positif terkena AI. Para peternak sudah tak bisa lagi berharap banyak kepada dinas, karena ini sudah wabah. Selain itu langkah penyemprotan sudah dilakukan sendiri.

Saking bingungnya, pria yang sudah sejak muda bergelut dengan ternak unggas ini sempat menanyakan kepada dinas, terkait adanya kompensasi bagi unggas yang mati terserang penyakit wabah ini. Namun dinas mengatakan tidak ada samasekali kompensasi. Yang ada pemberian desinfektan dan penanganan petugas dengan mengambil sampel unggas.

Peternak lainnya, Mohadi (70) asal Desa Banjaran Kecamatam Bojongsari juga mengaku pasrah. Segala upaya sudah dilakukan. Namun, selalu saja ada bebek yang mati mendadak dan lumpuh. Hingga saat ini jumlahnya bisa mencapai 40 ekor bebek.

“Saya memelihara untuk petelor. Jika dalam sehari bisa mengantongi Rp 150 ribu, saat ini hanya paling banyak Rp 60 ribu. Padahal sudah menjadi penghasilan utama kami sekeluarga,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Peternakan Dinakkan Purbalingga, Sri Maharsi Wulan belum bisa memastikan jenis serangan wabah pada unggas air itu. Yang diambil dari sampel fisik mirip tetelo. Yaitu kepala berputar, mata berair dan memar di beberapa bagian tubuh bebek maupun itik.

“Untuk kepastian masih menunggu hasil uji laboratorium. Prinsipnya, saat ada laporan unggas mati mendadak, kami akan segera datang ke lokasi. Peternak atau pemilik juga bisa gratis meminta desinfektan dengan datang ke kantor kami,” paparnya, Rabu (26/12) kepada wartawan.(amr)

Data yang dihimpun Radarmas, serangan virus yang diduga kuat flu burung telah menjangkit unggas di  sejumlah kecamatan seperti Kemangkon, Bojongsari, Bobotsari, Purbalingga dan lainnya.(amr)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 81 Honorer K1 Gagal jadi CPNS

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler