jpnn.com, JAKARTA - Beberapa penyakit pascabencana dikhawatirkan akan muncul di beberapa daerah terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.
Kepala Pusat Krisis Senter Kemenkes Achmad Yurianto ketika dihubungi Jawa Pos menuturkan bahwa beberapa penyakit mulai banyak menjangkiti para pengungsi.
BACA JUGA: Polres Sidoarjo Kirim Bantuan Logistik ke Sulteng
”Yang pasti influenza, ISPA (infeksi saluran pernapasan atas, Red), dan diare mulai meningkat,” katanya. Hal ini terkait dengan sanitasi, kekebalan tubuh yang turun, dan lingkungan pengungsian.
Untuk mengatasi hal itu, Kementerian Kesehatan melakukan strategi dengan memperkuat layanan kesehatan sebelum korban dibawa ke rumah sakit. Strategi ini diperuntukkan bagi korban bencana yang mengalami masalah kesehatan karena kondisi lingkungan, seperti demam diare ringan. Selain itu juga bagi mereka yang tidak luka parah.
BACA JUGA: Mahasiswa Untad Korban Tsunami Palu Bisa Kuliah di 39 PTN
”Memperkuat layanan kesehatan sebelum rumah sakit, artinya Puskesmas kita fungsikan. Memang betul Puskesmas belum bisa berfungsi maksimal, bukan hanya karena bangunan rusak, tetapi juga karena SDM kesehatan lokal juga bagian dari korban bencana,” kata Yurianto.
Selain itu, tambah dr. Yurianto, tim kesehatan bekerjasama dengan tim relawan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada para pengungsi secara rutin setiap hari.
BACA JUGA: PLN Siap Tambah Pasokan Listrik ke Palu
”Kita datangi, kita lakukan pemeriksaan kesehatan dan sebagainya. Dari sini tentunya banyak sekali penyakit yang tentunya bisa kita selesaikan, tetapi kalau ada indikasi harus dirujuk ke RS, kita bawa ke RS,” katanya.
Saat ini di Kota Palu misalnya, ada 9 rumah sakit yang aktif, yakni RS Undata, RS Sis Aljufri, RS Anantapura, RS Alkhairat, RS Wirabuana, dan RS Bhayangkara. Selain itu juga ada RS Bala Keselamatan, RS Pasang Kayu, dan RS Madani.
Upaya preventif lainnya adalah dengan desinfeksi. Tenaga kesehatan yang terdiri dari tim Kesehatan Lingkungan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Makassar melakukan desinfeksi di Rumah Sakit Undata, Palu.
Kegiatan itu dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit ke manusia. Bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah memicu penyebaran kuman atau mikroorganisme patogen. Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan seseorang mudah terkena penyakit.
Tim kesehatan juga membantu dalam penanganan operasi seperti untuk patah tulang. Sekitar 80 persen korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tenggara membutuhkan penanganan ortopedi. Sekjen Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr Adib Khumaidi, SpOT beserta sejumlah tim medis IDI .
”Kami sudah menerima laporan Tim Aju sehingga setiba disini (Palu, Red), tim IDI dapat segera melakukan tindakan untuk meminimalkan risiko bagi para korban gempa dan tsunami," kata dokter yang juga menjabat Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia.
Selain itu, PB IDI beserta Baznas akan membuat pos medis di bandara yang berfungsi untuk menscreening kondisi pasien yang meninggalkan atau kembali ke Palu.
Selain bantuan medis, tim relawan juga membuat dapur umum. Seperti Kementerian Sosial (Kemensos) sampai saat ini sudah berhasil mendirikan sepuluh unit dapur umum. Sayangnya dapur umum ini masih terkonsentrasi di Kota Palu. Perinciannya delapan unit dapur umum berada di Kota Palu. Sisanya di Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala.
Sulitnya akses transportasi menuju Donggala maupun Sigi, menjadi alasan belum banyak dapur umum umum di dua daerah tersebut. Tugas utama dari dapur umum ini menyiapkan makanan siap saji. ’’Untuk satu dapur umum, bisa mencukupi kebutuhan 2.000 orang pengungsi,’’ kata Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat.
Dia menjelaskan dalam sehari, dapur umum tersebut memasak tiga kali. Menurut Harry pembangunan dapur umum ini merupakan salah satu langkah tanggap darurat. Salah satu dapur umum didirikan di Kawatuna yang berjarak sekitar 500 meter dari kawasan Petobo, Palu.
Harry mengakui bahwa dapur umum di Donggala masih kurang. Kemensos berencana menambah dapur umum di Donggala sehingga menjadi 15 titik atau lokasi. Kemensos menilai Donggala merupakan lokasi bencana yang cukup sulit aksesnya.
’’Donggala kita nilai masih membutuhkan lebih banyak bantuan,’’ kata Harry. Dia mengakui bahwa masih banyak spot-spot di Donggala yang belum tersentuh bantuan. Harry mengatakan kemarin merupakan dropping bantuan kedua dari Kemensos yang masuk sampai Donggala.
Bantuan pertama dari Kemensos ke wilayah Donggala berupa logistik sebanyak dua truk. Logistik tersebut diantaranya berisi selimut, matras, family kit, dan sandang yang dikirim melalui jalur darat dari Makassar.
Sementara itu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada Rabu malam (3/6) memberangkatkan kapal Baruna Jaya I menuju Palu. Kapal ini menjalankan misi survei bakti teknologi dan bakti sosial.
Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Hammam Riza menjelaskan kapal Baruna Jaya I itu membawa perangkat teknologi Arsinum (air siap minum). Teknologi Arsinum itu diharapkan bisa menjadi solusi sulitnya air bersis di Palu.
’’Sebelumnya teknologi pengolahan air bersih Arsinum sudah dipasang di gempa Lombok,’’ tuturnya. Selama pengoperasian Arsinum di Lombok, sudah memproduksi air bersih siap minum sebanyak 65 ribu liter.
Hammam mengatakan setelah terjadi gempa, air tanah cenderung menjadi keruh. Sehingga air yang muncul ke permukaan harus menjalani proses pengolahan terlebih dahulu.
Selain membawa perangkat Arsinum, Kapal Baruna Jaya I juga melakukan misi survei laut di sepanjang pantai di Palu, Donggala, dan sekitarnya. BPPT ingin mengetahui kondisi bawah laut setelah gempa mengguncang pada Jumat 28 September itu. Apalagi muncul kabar bahwa tsunami terjadi akibat ada longsoran besar di dalam laut. (lyn/wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasokan LPG tiba, Pertamina Operasi Pasar di Donggala & Sigi
Redaktur & Reporter : Soetomo