Beda Nasib Ginting dan Jojo di All England 2019

Laporan Ainur Rohman dari Birmingham

Kamis, 07 Maret 2019 – 17:15 WIB
Anthony Sinisuka Ginting. Foto: Badminton Indonesia.

jpnn.com, BIRMINGHAM - Kiprah Anthony Sinisuka Ginting di All England 2019 berakhir begitu cepat, kandas di babak pertama. Pemain kelahiran Cimahi itu kalah dari wakil Hong Kong Ng Ka Long Angus 18-21, 21-13, dan 11-21.

"Saya kurang fokus,'' kata Ginting kepada Jawa Pos di Birmingham Arena, Rabu (6/3) malam.

BACA JUGA: All England 2019: 10 Unggulan Tumbang di Babak Pertama, Termasuk Minions dan Tiang Listrik

Menjadi unggulan kedelapan, Ginting memang tidak begitu saja dijagokan atas Ng Ka Long. Apalagi rekor pertemuannya melawan pemain 24 tahun itu tidak impresif. Dalam tujuh pertemuan sebelum All England 2019, Ginting kalah empat kali (menjadi lima kali setelah kemarin).

Selain itu, permainan Ginting juga tidak prima. Dia kerap ragu. Pemain 22 tahun tersebut sama sekali gagal mengontrol pertandingan. Terutama pada game pertama, dan lebih-lebih pada game ketiga. Ng Ka Long, pemain ranking ke-15 dunia itu, terlihat jauh lebih nyaman.

BACA JUGA: Jadwal Pertandingan Wakil Indonesia di All England 2019 Hari Ini

Pada game kedua, Ginting bermain baik. Tetapi dia heran juga mengapa performa lawannya tiba-tiba menurun dengan drastis. ''Saya nggak tahu ya, dia kendor sekali. Kakinya juga tidak kuat. Kayak dilepas gitu,'' tambahnya.

Namun, karena tenaga sudah terkuras dan terus ditekan, Ginting kalah mudah pada game ketiga dalam pertarungan berdurasi 58 menit itu. Ginting merasa bahwa dia tidak terbebani bermain di turnamen tertua di dunia seperti All England.

BACA JUGA: Cerita di Balik Kartu Merah Marcus Fernaldi di All England 2019

(Baca juga: 10 Unggulan Tumbang di Babak Pertama, Termasuk Minions dan Tiang Listrik)

Salah satu faktor yang membuat Ginting sulit beradaptasi cepat dengan All England tahun ini adalah shuttlecock yang berat. Selain karena jenisnya, massa shuttlecock All England bertambah karena udara dingin di Birmingham Arena. ''Tetapi itu sama sekali bukan alasan,'' tepisnya.

Saat ditanya apakah bermain di Djarum Superliga Badminton 2019 menjadi salah satu faktor yang membuat performanya tidak maksimal, Ginting juga menggeleng. Padahal, ajang tersebut agak mengganggu program latihan yang sudah dipersiapkan oleh pelatih tunggal putra, Hendri Saputra.

Jatah persiapan menuju All England yang harusnya bisa intens selama dua pekan jadi berkurang tinggal satu pekan saja. Ginting yang membela Musica Trinity mengatakan, selama Superliga, dia menggeber latihan pada pagi hari. Sebab, kebanyakan laga-laga Superliga berlangsung malam hari.

Ginting sendiri gagal menunjukkan performa yang baik setelah menjadi juara China Open, September tahun lalu. Pada sembilan turnamen berikutnya, Ginting selalu saja gagal menembus semifinal. ''Iya, itu memang yang harus saya evaluasi,'' ucapnya.

Sementara itu, Jonatan Christie mengaku belajar dari kekalahan Ginting. Terutama pada game kedua saat melawan pemain Korea Selatan Lee Dong-keun. Jojo yang sudah tertinggal 11-19, mampu bangkit, mengambil game kedua dengan memborong sepuluh angka beruntun!

Jojo secara dramatis membalikkan kedudukan dan menang dengan skor 21-16 dan 21-19 dalam 46 menit. ''Rasanya saya bisa memotivasi diri sendiri untuk tidak menyerah. Ternyata memang bisa,'' katanya berseri-seri. ''Soal Ginting, di atas kertas, dia unggulan. Namun, Ka Long lebih nyaman mainnya. Apalagi dengan shuttlecock seperti ini, Ka Long yang lebih kuat fisik dan power lebih diuntungkan. Terlihat, Ginting beberapa kali enggak bisa nembus,'' ulas Jojo.

Hari ini, Jojo bakal berhadapan dengan Kidambi Srikanth (India) atau Brice Leverdez asal Prancis. (*/na)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Sisakan 8 Wakil di 16 Besar All England 2019


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler