Begini Permintaan Keturunan Syaikhona Cholil Bangkalan kepada Petugas di Suramadu

Sabtu, 19 Juni 2021 – 08:41 WIB
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Cholil Bangkalan Kiai Fathur Rozi Zubair. Foto: Dok. Pribadi untuk JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Beredar video yang memperlihatkan kericuhan diwarnai perusakan di pos penyekatan di Jembatan Suramadu sisi Surabaya pada Jumat (18/6) pagi.

Menyikapi insiden tersebut, tokoh masyarakat Madura sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Cholil, KH Fathur Rozi Zubair, mengajak seluruh warga, khususnya masyarakat Bangkalan, menaati prosedur penanganan COVID-19 di Jembatan Suramadu.

BACA JUGA: Pemilik Restoran Palsu di Surabaya Seorang Perempuan, Ini Tampangnya

"Saya harap, semua mematuhi aturan yang sudah ada," ujar kiai yang juga anak dari KH Zubair Muntashor sekaligus keturunan Syaikhona Cholil Bangkalan tersebut saat dihubungi dari Surabaya, Jumat malam.

Sebelumnya, beberapa video perusakan posko penyekatan Jembatan Suramadu sisi Surabaya viral di sejumlah media sosial.

BACA JUGA: Wahai Warga Surabaya yang Kabur dari Pos Penyekatan Suramadu, Anda Belum Aman

Pada video tersebut, meja dan kursi sudah berserakan dan sejumlah dokumen berhamburan.

Beberapa petugas dan tenaga kesehatan yang tak kuasa membendung warga akhirnya menyelamatkan diri.

BACA JUGA: Imbauan Dokter Tirta untuk Rakyat Indonesia, Tolong Jangan Disepelekan

Sejumlah aparat TNI-Polri tampak mencoba menenangkan warga di lokasi dan tidak lama kemudian keadaan sudah terkendali.

Kiai Fathur mengatakan, kejadian tersebut tidak perlu terjadi apabila semua masyarakat sadar akan pentingnya menjaga diri dari COVID-19.

Ra Fathur, sapaan akrabnya, menilai penyekatan dan tes antigen yang dilakukan pemerintah di Jembatan Suramadu merupakan bentuk ikhtiar agar penyebaran kasus COVID-19 bisa ditekan.

"Tujuannya jelas, agar tidak terjadi peningkatan kasus lebih besar dan pandemi bisa terkendali. Tentu sebagai Muslim, semua harus mencegah kemudaratan yang lebih besar," ucap dia.

Penyekatan di Jembatan Suramadu, kata dia, juga bukan bentuk diskriminasi, sebab penyekatan tidak hanya dilakukan pada Suramadu sisi Surabaya, tapi juga Suramadu sisi Madura.

"Itu artinya, yang diperiksa tidak hanya warga Madura akan ke Surabaya, tapi juga warga Surabaya yang akan ke Madura," katanya.

Selama ini, pihaknya telah melakukan sosialisasi agar warga Madura, khususnya Bangkalan, untuk taat dan memperhatikan protokol kesehatan.

"Saya juga meminta agar petugas di lapangan lebih ramah melayani warga. Sistemnya juga perlu terus dibenahi agar makin cepat dalam pelayanan," tutur Ra Fathur. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler