BOGOR-- Kini, penggunaan kawat gigi alias behel bukan sesuatu yang baru. Apalagi, saat ini behel tak hanya digunakan kaum hawa, laki-laki pun tak sedikit yang memanfaatkan salah satu cara untuk merapikan gigi tersebut.
Pasalnya, selain untuk mengubah penampilan dan sebagai aksesori, ternyata penggunaan behel juga bisa untuk kesehatan. Yakni, bagi mereka yang mengalami gangguan pertumbuhan atau bentuk gigi tidak wajar. Behel biasanya digunakan untuk pengobatan alias memanipulasi gigi.
Kendati bermanfaat untuk pembentukan gigi, penggunaan dan perawatan behel yang salah ternyata bisa berakibat pada kesehatan mulut. Seperti kerusakan gigi, gusi bahkan tulang rahang. Kondisi tersebut, membuat Spesialis Orthodenti Dokter Brotodianto angkat bicara.
“Behel sebenarnya digunakan jika penderita mengalami kelainan kedudukan gigi geligi. Maksudnya gigi ada yang maju, seperti tonggos, gigi tumbuh secara tidak teratur seperti maju atau mundur atas atau bawahnya kelainan rahang, terlalu maju atau mundur yang lebih dikenal cameh. Hal itu bisa ditangani dengan alat ortho, kelainan itu tadi diubah atau dibuat dengan kedudukan yang lebih baik,” jelas Brotodianto kepada Radar Bogor (grup JPNN).
Menurut Dr Broto-panggilan akrabnya- banyak kasus yang ditanganinya terkait kesalahan penggunaan behel. Kasus yang umumnya ditangani adalah usia tumbuh kembang pada laki-laki sampai batas usia 14, sedangkan wanita berusia 12 untuk memanipulasi pertumbuhan rahang. “Namun jika di luar masa pertumbuhan tadi, maka perlu dilakukan kompromi treatment, artinya treatment yang dilakukan secara kompromisit,” tuturnya.
Dimana rahang yang sudah terlanjur besar paling hanya gigi yang diatur sedemikian rupa, tetapi jika rahangnya tetap pada posisinya atau dengan keadaan normal paling hanya gigi yang diatur.
Broto mengatakan, untuk pemasangan behel harus dengan rontgen, yakni melihat masalah giginya. Ada dua, Rontgen Panoramik dan Rontgen Sefalometri. Dalam Rontgen Panoramik ini akan terlihat susunan keseluruhan gigi dan hubungannya dengan struktur anatomis penting di sekitar gigi tersebut.
Biasanya, perlu diketahui bahwa gigi yang terlihat di dalam mulut, sesungguhnya hanya merupakan “1/3” saja dari gigi secara keseluruhan, sedangkan yang “2/3“ bagian gigi yang tertanam di tulang rahang itu hanya bisa terlihat. “Sedangkan Rontgen Sefalometri diperlukan untuk memperhitungkan hubungan fasial dan dental dari pasien dan membandingkannya dengan morfologi fasial dan dental yang normal,” bebernya.
Rontgen ini akan membantu klinisi dalam perawatan ortodontik ketika membuat diagnosis dan rencana perawatan serta melihat perubahan-perubahan selama perawatan dan setelah perawatan ortodontik tuntas.
“Pemeriksaan foto rontgen dalam perawatan ortodontik sangat penting dan turut menunjang keberhasilan perawatan ortodontik karena dari foto rontgen tersebut dapat membantu rencana perawatan bagi pasien,” tambahnya.
Ia mengatakan, dari rontgen tersebut dan dengan beberapa tahap pemeriksaan melalui kumpulan data dan status ortho dan dicetak giginya, akan terlihat masalah, membentuk dan pengaturan gigi tersebut. “Itu yang membedakan spesialis orthodenti dan ahli gigi atau tukang gigi. Ini yang harus diperhatikan masyarakat awam,” terangnya.
Menurut dia, pemasangan kawat gigi jika dilakukan oleh orang yang cukup ilmu, susunan gigi bisa dibuat rapi tidak hanya karena susunannya pada arah bersebelahan, tapi juga tinggi rendahnya gigi yang satu dengan lainnya.
Kesalahan arah gerak bracket misalnya bisa saja membuat gigi seri tidak sama tinggi rendahnya. “Jika kasus untuk pemasangan behel dilakukan bukan dengan spesialis orthodenti akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada kesehatan mulut, lebih fatal lagi akan terjadinya infeksi pada gusi serta rahang gigi. Jelas salah, jika behel digunakan untuk sebuah tren karena behel itu pengobatan,” tandasnya.(cr4)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tomcat Serang Awak Kapal
Redaktur : Tim Redaksi