jpnn.com, BEIJING - China mengecam berbagai kebijakan pembatasan COVID-19 yang diambil oleh sejumlah negara terhadap pelaku perjalanan dari negara berpenduduk terbesar di dunia itu.
“Kami dengan tegas menentang praktik memanipulasi langkah-langkah pencegahan dan pengendalian epidemi untuk mencapai tujuan politik, dan akan mengambil langkah-langkah yang sesuai dengan prinsip timbal balik,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa.
BACA JUGA: China Masih Ekonomi Terbesar Kedua Dunia, Sebegini PDB-nya pada 2022
Mao mengatakan pembatasan yang diberlakukan hanya terhadap pelaku perjalanan dari China “tidak dapat diterima … karena respons pengendalian epidemi itu tidak memiliki kepatutan ilmiah,” demikian laporan stasiun televisi negara, CGTN.
Kemarahan Beijing muncul setelah Jepang, AS, Italia, Malaysia, Spanyol, Maroko, Qatar, Kanada, Korea Selatan, dan Taiwan mengumumkan perlunya hasil tes negatif COVID-19 bagi pelaku perjalanan yang datang dari China.
BACA JUGA: Varian Covid-19 yang Meneror China Sudah Masuk Malaysia
Langkah-langkah tersebut kontras dengan keputusan Beijing untuk membatalkan karantina wajib bagi semua pengunjung yang masuk ke China mulai 8 Januari 2023.
Namun, Beijing mengatakan persyaratan COVID-19 yang diberlakukan oleh negara-negara terhadap pelaku perjalanan dari China harus didasarkan pada sains.
BACA JUGA: Cegah Ekspor Covid-19 dari China, Qatar Berlakukan Aturan Ini di Pintu Masuk
China menghadapi lonjakan infeksi yang signifikan setelah menghapus kebijakan nol COVID yang ketat bulan lalu, menyusul kerusuhan dan protes yang belum pernah terjadi sebelumnya di beberapa bagian negara itu. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif