jpnn.com - Tiongkok agaknya tidak bisa meremehkan kedekatan hubungan Taiwan dengan Tuvalu, negara pulau di Pasifik Selatan. Buktinya, berbagai tawaran dari perusahaan Tiongkok langsung ditolak mentah-mentah oleh pemerintah negara berpenduduk 11 ribu jiwa itu.
Dalam wawancara dengan Reuters, Menteri Luar Negeri Tuvalu Simon Kofe mengungkapkan bahwa negaranya telah menolak tawaran dari perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk membangun pulau-pulau buatan dengan teknik reklamasi. Padahal, Vanuatu membutuhkan reklamasi untuk mengatasi persoalan permukaan laut yang sedang membayangi pulau kecil di Pasifik Selatan itu.
BACA JUGA: Kapal Perang Amerika Masuk Laut China Selatan, Tiongkok: Hati-Hati Kecelakaan
Proposal Tiongkok tersebut dipandang sebagai pendekatan untuk merusak hubungan diplomatik Tuvalu dengan Taiwan. Alih-alih menerima bantuan, Tuvalu justru menyatakan secara eksplisit dukungannya terhadap Taiwan.
"Hubungan diplomatik Tuvalu dan Taiwan adalah yang terkuat dari yang pernah ada," ucap Kofe seraya mengatakan Tuvalu bersama Kepulauan Marshall, Palau, dan Nauru akan berkolaborasi untuk melawan pengaruh Tiongkok di kawasan.
BACA JUGA: Tiongkok: Kemerdekaan Palestina Tidak Boleh Diperdagangkan
Menjelang pemilihan ulang Taiwan pada Januari mendatang, Tiongkok memang gencar melakukan kampanye menjauhkan Taiwan dari sekutu-sekutunya. Sejak Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menjabat pada 2016, Tiongkok setidaknya telah membuat 7 negara menanggalkan hubungan diplomatik dengan Taiwan.
Contohnya, dalam beberapa bulan terakhir, Kiribati dan Kepulauan Solomon kompak untuk meninggalkan Taiwan dan tunduk kepada one country, two system yang digalang Tiongkok.
BACA JUGA: Manuver Amerika di Hong Kong Bikin Tiongkok Gerah
Diungkapkan oleh Kofe, keputusan Kiribati untuk meninggalkan Taiwan karena dibujuk oleh Tiongkok dengan iming-iming pesawat terbang. Sedangkan Kepulauan Solomon dirayu dengan dana pembangunan.
Sementara itu, menurut Kofe, pendekatan yang dilakukan oleh Tiongkok kepada Tuvalu adalah dengan menggunakan perusahaan-perusahaannya. Mereka mendekati komunitas lokal dan mencari celah dengan mendukung rencana pemerintah untuk membangun pulau reklamasi senilai USD 400 juta atau setara dengan Rp 5,6 triliun.
"Kami mendengar banyak informasi tentang utang, Tiongkok membeli pulau-pulau kami, dan kami melihat pendirian pangkalan militer di wilayah kami. Itu adalah hal-hal yang memprihatinkan," ujar Kofe.
Upaya Tiongkok untuk memperluas pengaruhnya di Pasifik tidak hanya membuat Taiwan khawatir. Kekhawatiran yang sama juga dirasakan oleh AS, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
AS bahkan tengah menjajaki proposal yang dilakukan Tiongkok, yaitu untuk membantu membangun pelabuhan di Provinsi Malaita, Solomon dengan imbalan dapat berpatroli di wilayah tersebut. (rmol/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil