Belasan Warga Tewas Tertimbun Longsor

Senin, 28 Januari 2013 – 09:05 WIB
AGAM--Allah Swt kembali menguji masyarakat Minang dengan cobaan. Minggu (27/1) ketika sebagian besar masyarakat di Jorong Kampung Dadok, Nagari Tanjungsani, Kecamatan Tanjungraya, masih terlelap tidur, sekitar pukul 04.45 WIB, bencana itu tiba. Suara gemuruh besar yang tak pernah disangka berubah menjadi petaka. Bukit setinggi 100 meter, longsor dan menimbun puluhan rumah.

Tak banyak yang bisa menyelamatkan diri, 11 warga ditemukan tewas tertimbun, sekitar 10 jiwa lagi masih belum ditemukan. Duka terlihat menyelimuti warga di Kampung Dadok, Minggu pagi. Semua tak menduga, jika hujan deras yang memang sudah mengguyur kampung itu sejak Sabtu (26/1) sore, membuat bukit yang menjulang di sekitar rumah akan menimbun tempat mereka berteduh selama ini.

Sebanyak 11 warga ditemukan tewas tertimbun dalam lumpur hingga pada pencarian sepanjang Minggu pagi yakni Nursinah (70), Tanjudin (65), Martini (60), Julianti (26), Rosda (55), Aldi (9), Asril (58). Sementara sekitar pukul 17.30 WIB, empat warga lagi ditemukan tim evakuasi dalam keadaan tidak bernyawa yakni Indah (6), Erni Astuti (38), Juliardi (25) dan Dila (8).

Sementara, lima warga ditemukan dalam keadaan selamat dan hanya luka-luka yakni Badri, Mawardi, Sahrial, Safrudin dan Wendri. "Kita memerkirakan masih ada puluhan warga tertimbun. Dari laporan keluarga yang selamat, masih banyak anggota keluarga, anak, istri, suami dan orangtua mereka belum bertemu. Ada 12 rumah yang tertimbun, 2 di antaranya tak berpenghuni," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam, Bambang Warsito.

Tim evakuasi dari SAR gabungan BPBD Agam, TNI, Polri, PMI, Tagana, Basarnas serta BPBD dari Bukittinggi, Padangpanjang, Pariaman, Padang, Solok Selatan, serta BPBD Sumbar melakukan penggalian secara paralel. Alat berat di lokasi melakukan pembersihan material longsor guna mempermudah pencarian korban.
Evakuasi cukup sulit dilakukan, karena jalan menuju ke lokasi bencana berat. Korban yang selamat segera dilakukan evakuasi ke tempat aman. "Korban yang ditemukan dalam keadaan tertimbun, kemungkinannya masih tertidur.

Salah seorang korban yang selamat dari terjangan longsor, Mariani (52) menyebut, saat terjadi longsor, dia bermaksud akan memasak di dapur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah perbukitan. Mariani tak mengetahui suara apa itu. Dia masih terus memasak, namun ketika rumah yang terbuat dari kayu terasa bergerak, Mariani langsung cemas.

"Awak langsuang manjagoan suami jo anak-anak. Rumah alah taraso manggarik se surang. Kami langsuang kalua rumah," kata Mariani yang sangat bersyukur dia sekeluarga selamat.

Ketika keluar rumah, dengan cepat ia melihat rumah sederhananya sudah hilang ditimpa material longsor. Sedangkan, sang suami dan anaknya, berada di atas tumpukan lumpur dan tanah, material longsor. "Alhamdulillah, kami salamaik. Tuhan nan manolong," ucap Mariani.

Sementara itu, pencarian korban masih terus dilakukan hingga Minggu sore. Selain tim SAR gabungan, Polda Sumbar juga menurunkan personel Brimob dan anjing pelacak dari polisi satwa untuk mengetahui korban.

Korban selamat lain, Nurhayati (50), kemarin juga terlihat trauma. Longsor membuat nenek itu harus kehilangan anak, menantu dan tiga cucunya. Hingga sekarang Nurhayati masih berharap seluruh anggota keluarganya yang hilang digulung longsor dapat ditemukan.

Saat terjadi longsor subuh itu, Nurhayati-yang rumahnya berada 300 meter terpisah dari rumah anak, menantu dan cucunya di lokasi longsor, pintu rumahnya diketuk beberapa warga. Saat itu, dia tertidur pulas. Ketika terdengar ada suara warga yang menyebut ada longsor, perempuan itu bergegas menuju lokasi.

Nurhayati terenyuh, karena dia melihat pemandangan yang di luar kehendaknya. Rumah-rumah warga tidak terlihat lagi, yang tersisa hanya genangan longsor yang menimbun semua rumah serta lahan pertanian.

Nurhayati kebingungan, karena dia sudah tidak tahu dimana lokasi rumah anak dan menantu serta cucunya tinggal. Padahal, pagi hari itu tidak hujan sama sekali, Hujan lebat hanya terjadi malam hari. Tetapi pagi hari, saya sudah melihat semuanya rata dengan tanah. "Ada anak saya bernama Padri dan istrinya. Dua cucu saya tinggal dengan Padri, umurnya 9 tahun dan 1,5 tahun. Satu cucu saya lainnya juga tinggal dengan keluarga anak saya yang lain. Bagaimana nasib mereka sekarang saya tidak tahu," tuturnya yang terlihat masih kebingungan.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, longsor disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur wilayah Agam selama tiga hari berturut-turut. Bantuan sempat terhambat ke lokasi karena akses menuju lokasi sangat sulit. "Saat ini personel Basarnas, TNI, Polri dan BPBD tengah berjibaku lakukan evakuasi dibantu oleh masyarakat di lokasi kejadian yang melakukan penanganan darurat. Akses menuju lokasi cukup berat," jelas Sutopo.

Sementara, Kepala Operasional Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Padang, Amarizal juga membenarkan, tiga hari terakhir, telah sering terjadi banjir dan longsor terkait cuaca hujan dengan intensitas lebat dan sedang di beberapa daerah. "Hujan sering terjadi pada sore hingga pada malam hari yang mengakibatkan beberapa daerah seperti Bukittinggi dan Agam mengalami banjir serta longsor," papar Amarizal. (den/g/uki/fan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Longsor di Area Pertamina Tewaskan Lima Orang

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler