jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu daya saing industri batik dan tenun dalam negeri. Hal ini dilakukan guna menghasilkan produk yang kompetitif, terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor.
Oleh karena itu, para perajin serta pengusaha batik dan tenun diharapkan untuk semakin berinovasi, khususnya dalam hal pemenuhan bahan baku.
BACA JUGA: Targetkan Ekspor Tenun dan Batik USD 58,6 Juta
"Kami sosialisasikan ke Industri Kecil dan Menengah (IKM) batik dan tenun, bahwa ada bahan baku baru yang sangat mirip dengan benang sutra. Namanya Bemberg," ujar Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Kamis (21/3).
Menurut Gati, Bemberg adalah merek dagang bagi kain yang terbuat dari bijih kapas yang selama ini dianggap sampah.
BACA JUGA: Bersiap Hadapi Era 4.0, Kemenperin Mulai Ukur Ratusan Industri
Bahan baku ini sudah beberapa tahun terakhir dikembangkan di Jepang, dan sudah lulus uji coba, bahkan ramah lingkungan.
“Kami akan menggarap Bemberg sebagai bahan pengganti sutra, sehingga akan menjadi substitusi impor, menggantikan serat sutra yang digunakan bahan baku untuk industri batik dan tenun,” jelasnya.
BACA JUGA: Santripreneur: Kemenperin Beri Pelatihan 4.720 Santri
Guna melakukan substitusi impor untuk bahan baku industri kain dan batik, pemerintah siap memboyong investor asal Jepang agar bisa membangun pabrik untuk memproduksi Bemberg di Indonesia.
Calon investor dari Jepang tersebut telah melakukan penjajakan lahan di kawasan Wajo, Sulawesi Selatan, untuk budidaya tanaman kapas secara besar-besaran.
“Kalau sudah ada pabriknya di Indonesia, maka pusatnya ada di sini, karena sebagai sumber bahan baku. Kalau mereka bisa masuk ke pasar nusantara, ekspor akan lebih besar sekitar sepuluh persen. Itu bisa menekan harga bahan baku, sehingga ekspor produk tekstil kita bisa lebih bersaing," ujarnya.
Gati menuturkan, pihaknya sudah bertemu dengan investor asal Jepang tersebut agar semakin memantapkan untuk berinvestasi sebagai produsen Bemberg di Indonesia.
Dengan diproduksinya Bemberg di dalam negeri, diharapkan sejumlah perajin batik dan tenun yang sudah menggunakan Bemberg tidak lagi impor bahan baku itu dari Jepang.
“Tahun lalu, kami ketemu dengan calon investornya. Mereka bilang sepanjang demand di Indonesia tinggi, akan dipindahkan pabriknya ke Indonesia,” katanya.
Gati menambahkan, alasan lain pemerintah mendorong penggunaan Bemberg sebagai bahan baku alternatif pengganti sutra, karena semakin terbatasnya dan mahalnya harga bahan baku sutra.
“Bemberg ini terbuat dari serat cupro yang merupakan olahan biji kapas yang didaur ulang dengan cara dilelehkan,” tandas dia. (cuy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menperin: Pelumas Wajib Berstandar SNI Untuk Lindungi Produsen dan Konsumen
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan