jpnn.com, JAKARTA - Sebuah penelitian baru terhadap sekelompok kecil pria telah menemukan bahwa pigmen yang memberi warna merah pada tomat, yang dikenal sebagai likopen, bisa meningkatkan kualitas sperma, khususnya pada ukuran dan kemampuan berenang.
Para peneliti mengatakan, temuan mereka bisa membantu mengurangi kebutuhan untuk perawatan kesuburan invasif di masa depan karena lebih dari 40 persen dari semua kasus infertilitas disebabkan oleh produksi atau fungsi sperma yang abnormal.
BACA JUGA: Sederet Kandungan Gizi Yang Ada Pada Tomat
Hasil penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Nutrition, menunjukkan bahwa partisipan yang mengonsumsi LactoLycopene memiliki hampir 40 persen lebih banyak sperma yang berenang cepat daripada ketika mereka memulai uji coba, bersamaan dengan perbaikan ukuran dan bentuk.
"Kami tidak benar-benar berharap bahwa pada akhir penelitian akan ada perbedaan dalam sperma dari laki-laki yang mengonsumsi tablet versus mereka yang mengonsumsi plasebo," kata profesor Allan Pacey, kepala departemen onkologi dan metabolisme Universitas Sheffield dan penulis utama studi, seperti dilansir laman Independent, baru-baru ini.
BACA JUGA: Benarkah Tomat Bisa Meningkatkan Kualitas Air Mani?
Pacey menambahkan bahwa ia percaya sifat anti-oksidan likopen bisa mencegah sperma dari kerusakan. "Ketika kami mendekodekan hasilnya, saya hampir jatuh dari kursi saya. Peningkatan morfologi - ukuran dan bentuk sperma - sangat dramatis," jelas Pacey.
Tim peneliti pacey mengungkapkan, tahap selanjutnya adalah mengulangi uji coba ini pada pria dengan masalah kesuburan untuk melihat apakah suplemen bisa meningkatkan kualitas sperma dan apakah itu bisa membantu pasangan tanpa perawatan kesuburan invasif.
BACA JUGA: Minum Jus Tomat Bisa Turunkan Tekanan Darah?
Prof. Richard Sharpe, seorang profesor di Pusat Kesehatan Reproduksi MRC di Universitas Edinburgh, menyebut penelitian ini sebagai "sinar matahari kecil".
"Temuan ini bisa berarti bahwa konsumsi senyawa ekstrak tomat ini mungkin memiliki efek menguntungkan pada pria dengan infertilitas karena motilitas sperma yang buruk atau morfologi," kata Sharpe.
Mengomentari penelitian, Ying Cheong, profesor Kedokteran Reproduksi di University of Southampton, merekomendasikan agar tim peneliti memperluas temuan mereka dengan studi yang menggunakan "kelahiran hidup" sebagai titik akhir.(fny/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Djainab Natalia Saroh, Fany