”Banyak opsi pendanaan untuk menutupi utang tersebut. Kemungkinan melalui opsi pinjaman perbankan atau bisa penerbitan obligasi,” tandas Chrisdianto Tedjawidjaja, Director Bentoel, di Jakarta.
Sejauh ini sebut Chrisdianto pihaknya belum bisa memutus opsi yang akan diambil untuk menutupi utang tersebut. Manajemen masih akan melakukan koordinasi lebih lanjut sebelum mengambil keputusan final. Tetapi, yang jelas pihaknya akan melihat dan menimbang berdasar situasi market yang berkembang. ”Kami belum memutus skema mana yang akan diambil. Pastinya, tentu yang menguntungkan perseroan,” tandasnya.
Di samping itu, manajemen juga masih punya waktu cukup untuk memikirkan pembayaran utang jatuh tempo tersebut. Dengan alokasi waktu yang tersedia, seluruh jajaran direksi memastikan pengambilan keputusan akan lebih matang dan tidak merugikan. ”Kami nanti infokan lagi kelanjutannya. Saat ini belum bisa ngasih bocoran,” elak Chrisdianto.
Di sisi lain, manajemen tidak membagi dividen edisi 2011 menyusul keuntungan akan dipakai untuk membiayai modal kerja perseroan. Keputusan itu agak bertolak belakang dengan periode 2010. Di mana kala itu, perseroan menyalurkan dividen sebesar Rp188,2 miliar atau Rp26 per lembar saham.
Direktur Keuangan Bentoel Andre Williem Joubert menyebut keputusan tidak membayar dividen itu dilakukan menyusul dana lebih dibutuhkan untuk pengembangan usaha. Laba bersih 2011 sebesar Rp305,99 miliar disalurkan untuk pengembangan. Distribusinya sebesar Rp 4 miliar sebagai dana cadangan dan senilai Rp 301,9 miliar sebagai laba ditahan dan kebutuhan modal kerja.
Sementara pendapatan perseroan meningkat 13,1 persen menjadi Rp10,07 triliun. Produsen rokok yang sekarang menjadi bagian dari British American Tobacco Group itu tercatat sebagai produsen rokok terbesar keempat di Indonesia dengan pangsa pasar sekitar 8 persen.
Sementara sepanjang 2012, manajemen menganggarkan belanja modal sebesar Rp450 miliar. Kondisi itu meningkat disbanding edisi 2011 yang hanya sebesar Rp300 miliar. Sumber dana capex itu berasal dari pinjaman perbankan dan dialokasikan untuk perbaikan mesin dan semacamnya. ”Saat ini penyerapan capex baru sekitar Rp 4 miliar untuk pembelian aset,” ujar Chrisdianto. (far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lagi, Jamsostek Beri Santunan Korban Sukhoi
Redaktur : Tim Redaksi