Bentoel Cari Dana Rp1,35 Triliun

Jumat, 08 Juni 2012 – 12:32 WIB
JAKARTA - Manajemen PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) sedang mencari  cara paling elegan menyikapi utang jatuh tempo November mendatang.  Utang obligasi 2007 senilai Rp 1,35 triliun itu juga dibayangi kupon  sebesar 10,5 persen. Manajemen telah menyiapkan sejumlah skema guna  menyelesaikan utang tersebut.

”Banyak opsi pendanaan untuk menutupi  utang tersebut. Kemungkinan melalui opsi pinjaman perbankan atau bisa  penerbitan obligasi,” tandas Chrisdianto Tedjawidjaja, Director  Bentoel, di Jakarta.

Sejauh ini sebut Chrisdianto pihaknya belum bisa memutus opsi yang  akan diambil untuk menutupi utang tersebut. Manajemen masih akan  melakukan koordinasi lebih lanjut sebelum mengambil keputusan final.  Tetapi, yang jelas pihaknya akan melihat dan menimbang berdasar  situasi market yang berkembang. ”Kami belum memutus skema mana yang  akan diambil. Pastinya, tentu yang menguntungkan perseroan,”  tandasnya.
 
Di samping itu, manajemen juga masih punya waktu cukup untuk  memikirkan pembayaran utang jatuh tempo tersebut. Dengan alokasi waktu  yang tersedia, seluruh jajaran direksi memastikan pengambilan  keputusan akan lebih matang dan tidak merugikan. ”Kami nanti infokan  lagi kelanjutannya. Saat ini belum bisa ngasih bocoran,” elak Chrisdianto.

Di sisi lain, manajemen tidak membagi dividen edisi 2011 menyusul  keuntungan  akan dipakai untuk membiayai modal kerja perseroan.  Keputusan itu agak bertolak belakang dengan periode 2010. Di mana kala  itu, perseroan menyalurkan dividen sebesar Rp188,2 miliar atau Rp26  per lembar saham.

Direktur Keuangan Bentoel Andre Williem Joubert menyebut keputusan  tidak membayar dividen itu dilakukan menyusul dana lebih dibutuhkan  untuk pengembangan usaha.  Laba bersih 2011 sebesar Rp305,99 miliar  disalurkan untuk pengembangan. Distribusinya sebesar Rp 4 miliar  sebagai dana cadangan dan senilai Rp 301,9 miliar sebagai laba ditahan  dan kebutuhan modal kerja.

Sementara pendapatan perseroan meningkat 13,1 persen menjadi Rp10,07  triliun. Produsen rokok yang sekarang menjadi bagian dari British  American Tobacco Group itu tercatat sebagai produsen rokok terbesar  keempat di Indonesia dengan pangsa pasar sekitar 8 persen.
 
Sementara sepanjang 2012, manajemen menganggarkan belanja modal  sebesar Rp450 miliar. Kondisi itu meningkat disbanding edisi 2011  yang hanya sebesar Rp300 miliar. Sumber dana capex itu berasal dari  pinjaman perbankan dan dialokasikan untuk perbaikan mesin dan  semacamnya. ”Saat ini penyerapan capex baru sekitar Rp 4 miliar untuk  pembelian aset,” ujar Chrisdianto. (far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lagi, Jamsostek Beri Santunan Korban Sukhoi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler