BEIJING - Konflik berdarah kembali pecah di Provinsi Xinjiang. Dua hari setelah bentrokan maut di Kota Lukqun, Prefektur Turpan, aksi kekerasan terjadi di Kota Hotan, Prefektur Hotan, kemarin (28/6). Sementara itu, korban jiwa akibat konflik di Lukqun yang semula berjumlah 27 orang bertambah menjadi 35 orang.
"Sore ini (kemarin, Red) terjadi insiden baru di Kota Hotan. Sejauh ini, belum ada informasi mengenai korban jiwa," terang stasiun televisi CCTV. Tak lama setelah kabar mengenai konflik itu tersebar luas, jaringan telepon di kota berpenduduk kurang dari 150 ribu jiwa tersebut putus. Media asing pun sulit mengonfirmasikan laporan CCTV soal bentrokan paling anyar itu.
Tidak jelas apakah ada benang merah antara bentrokan di Lukqun dan Hotan. Meski terpisahkan jarak sekitar 1.000 kilometer, dua kota itu sama-sama menampung mayoritas etnis Uighur. Komunitas Uighur Xinjiang menyatakan bahwa dua bentrokan itu sama-sama dipicu oleh ketimpangan sosial antara kaum Han dan Uighur. Sampai saat ini, etnis Han yang minoritas masih menguasai sektor pemerintahan dan ekonomi.
Kemarin Beijing menegaskan bahwa konflik di Lukqun dan Hotan adalah aksi teroris. "Ini jelas ulah teroris. Tidak perlu diragukan lagi," tandas Jubir Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying. Saat ini, lanjut dia, aparat dan warga setempat mencari tahu dalang dua insiden di dua lokasi yang berbeda tersebut. Media pemerintah pun menyebut terorislah yang berada di balik dua insiden itu.
Kemarin kantor berita Xinhua melaporkan bahwa insiden di Lukqun Rabu lalu bermula dari serangan sekelompok orang bersenjata pisau yang menarget kantor polisi. Tapi, beberapa saksi mata mengatakan bahwa serangan ke kantor polisi itu merupakan aksi balasan. Sebab, pada Selasa malam (25/6) polisi merazia rumah-rumah warga tanpa permisi.
Bentrokan Rabu itu menewaskan 35 orang, termasuk 11 warga yang diklaim sebagai perusuh. Tapi, Radio Free Asia melaporkan bahwa jumlah korban tewas berkisar 46 orang, termasuk 11 warga yang terlibat dalam aksi penyerangan kantor polisi. Media yang bermarkas di Amerika Serikat (AS) itu mengaku mendapatkan keterangan mengenai jumlah korban dari warga dan pejabat setempat.
Dalam bentrokan Rabu lalu sedikitnya 21 polisi dan warga terluka. Tapi, polisi berhasil mengamankan empat perusuh. Kemarin World Uyghur Congress, kelompok independen yang beranggota etnis Uighur di pengasingan, melaporkan bahwa 67 warga ditangkap dalam bentrokan di Lukqun. Sayang, tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai 67 warga itu. (AP/AFP/hep/c11/dos)
"Sore ini (kemarin, Red) terjadi insiden baru di Kota Hotan. Sejauh ini, belum ada informasi mengenai korban jiwa," terang stasiun televisi CCTV. Tak lama setelah kabar mengenai konflik itu tersebar luas, jaringan telepon di kota berpenduduk kurang dari 150 ribu jiwa tersebut putus. Media asing pun sulit mengonfirmasikan laporan CCTV soal bentrokan paling anyar itu.
Tidak jelas apakah ada benang merah antara bentrokan di Lukqun dan Hotan. Meski terpisahkan jarak sekitar 1.000 kilometer, dua kota itu sama-sama menampung mayoritas etnis Uighur. Komunitas Uighur Xinjiang menyatakan bahwa dua bentrokan itu sama-sama dipicu oleh ketimpangan sosial antara kaum Han dan Uighur. Sampai saat ini, etnis Han yang minoritas masih menguasai sektor pemerintahan dan ekonomi.
Kemarin Beijing menegaskan bahwa konflik di Lukqun dan Hotan adalah aksi teroris. "Ini jelas ulah teroris. Tidak perlu diragukan lagi," tandas Jubir Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying. Saat ini, lanjut dia, aparat dan warga setempat mencari tahu dalang dua insiden di dua lokasi yang berbeda tersebut. Media pemerintah pun menyebut terorislah yang berada di balik dua insiden itu.
Kemarin kantor berita Xinhua melaporkan bahwa insiden di Lukqun Rabu lalu bermula dari serangan sekelompok orang bersenjata pisau yang menarget kantor polisi. Tapi, beberapa saksi mata mengatakan bahwa serangan ke kantor polisi itu merupakan aksi balasan. Sebab, pada Selasa malam (25/6) polisi merazia rumah-rumah warga tanpa permisi.
Bentrokan Rabu itu menewaskan 35 orang, termasuk 11 warga yang diklaim sebagai perusuh. Tapi, Radio Free Asia melaporkan bahwa jumlah korban tewas berkisar 46 orang, termasuk 11 warga yang terlibat dalam aksi penyerangan kantor polisi. Media yang bermarkas di Amerika Serikat (AS) itu mengaku mendapatkan keterangan mengenai jumlah korban dari warga dan pejabat setempat.
Dalam bentrokan Rabu lalu sedikitnya 21 polisi dan warga terluka. Tapi, polisi berhasil mengamankan empat perusuh. Kemarin World Uyghur Congress, kelompok independen yang beranggota etnis Uighur di pengasingan, melaporkan bahwa 67 warga ditangkap dalam bentrokan di Lukqun. Sayang, tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai 67 warga itu. (AP/AFP/hep/c11/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ilmuwan Temukan Potensi Vaksin Atasi Diabetes
Redaktur : Tim Redaksi