Berani Melantai di Bursa Amerika, Tiga Perusahaan China Ini Langsung Dihajar Beijing

Selasa, 06 Juli 2021 – 18:48 WIB
Gedung Bursa Saham New York di Wall Street, New York, Amerika Serikat. Foto: Reuters

jpnn.com, BEIJING - Dua platform China, Boss Zhipin dan Yunmanman and Huochebang, dikenai sanksi penangguhan setelah melakukan penawaran saham perdana (IPO) di lantai bursa Amerika Serikat. Sebelumnya, sanksi yang sama juga dijatuhkan kepada aplikasi taksi daring Didi Chuxing.

Badan Siber China (CAC), Senin (5/7), telah melakukan pemeriksaan terhadap kedua platform tersebut karena dianggap berisiko terhadap keamanan data nasional.

BACA JUGA: Bang Saleh: Kenapa TKA asal China Ini Menjadi Istimewa?

Boss Zhipin merupakan aplikasi daring pencarian kerja, sedangkan Yunmanman and Huochebang sebagai penyedia jasa angkutan barang di bawah perusahaan Full Truck Alliance.

Sebelumnya, aplikasi taksi daring terbesar China Didi Chuxing juga dikenai sanksi yang sama atas dugaan pelanggaran kebocoran data konsumen.

BACA JUGA: TKA China Masuk Indonesia, Zulhas: Ini Melukai Keadilan Masyarakat

Beberapa operator yang disasar aparat merupakan perusahaan besar China yang baru-baru ini meluncurkan IPO di pasar modal AS sehingga memicu kekhawatiran terhadap keamanan data nasional China, tulis Global Times, Selasa.

Didi meluncurkan IPO di Bursa Saham New York (NYSE) pada 30 Juni.

BACA JUGA: 20 TKA Asal China Masuk Indonesia, Kemenhub Beri Penjelasan

Sebelumnya Boss Zhipin melantai di bursa saham Nasdaq pada 11 Juni. Lalu Truck Aliance yang menghubungkan pengirim barang dengan sopir truk mengawali debutnya di lantai bursa saham AS itu pada 22 Juni.

Pendaftaran pengguna baru di tiga platform akan dihentikan selama pemeriksaan guna menghindari risiko penyebaran data konsumen, demikian CAC.

Para pengamat China mencurigai AS akan memaksa perusahaan dari Negeri Panda menyerahkan data setelah mengamati rekam jejak AS yang tidak berhenti memaksa para pebisnis China.

Senada dengan pernyataan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan bahwa AS membuka pintu kembali kepada perusahaan China untuk mendapatkan data pengguna secara ilegal.

"AS itu ancaman terbesar keamanan siber global," ujarnya dalam pengarahan pers di Beijing, Senin (5/7). (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler