’’Di distrik ini saja, 8 ribu siswa bolos. Guru-guru pun ikut-ikutan cari jamur,’’ gerutu Prakash Subedi, staf dinas pendidikan di Distrik Jajarkot, kepada Agence France-Presse.
Jamur sakti itu adalah Yarchagumba yang dalam bahasa Tibet berarti ’’rumput di musim panas, cacing di musim dingin’’. Spesies yang hanya hidup liar di dataran tinggi Tibet dan Tiongkok tersebut memang unik. Ia tumbuhan sekaligus tanaman.
Aslinya, ia adalah ulat Thitarodes yang hidup di bawah tanah. Ia lalu terinfeksi spora jamur Cordisep. Ulat itu lantas mati dan menjadi media tumbuhnya jamur tersebut. Dalam pertumbuhannya, jamur itu selalu tumbuh dari bagian kepala ulat yang sudah menjadi mumi tersebut dan muncul tegak ke tanah.
Itulah yang dicari orang sebagai obat kuat. Sebab, pakar tanaman obat Tiongkok memandang jamur tersebut adalah sebuah bentuk keseimbangan antara yin dan yang. Sebab, wujudnya memang separo tumbuhan dan separo hewan.
Harga jamur tersebut lebih dari Rp 110 juta per setengah kilogram. Karena itu, imbauan sekolah terasa tidak menarik bagi anak-anak yang bisa mendapat sekitar Rp 11 juta dalam satu masa panen tersebut. Mereka mencari obat bagi orang-orang yang ingin bisa ’’berdiri’’ lagi. Berdiri setinggi Gunung Himalaya. (AFP/c5/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Angka Kematian Ibu Melahirkan di AS Terus Meningkat
Redaktur : Tim Redaksi