jpnn.com, JAKARTA - Generasi muda adalah tumpuan bangsa di masa depan. Mereka adalah penerus perjuangan dan pembangunan, termasuk di sektor pangan.
Sejumlah tantangan muncul, selain masalah keterbatasan lahan juga salah satunya terkait akses pendidikan di sektor pangan.
BACA JUGA: Bappenas Gelar SAC 2023 dan Indonesiaâs SDGs Action Awards
"Generasi muda adalah pondasi dari sistem pangan kita di masa depan, tetapi mereka tidak memiliki akses yang sama ke pendidikan dan sumber daya yang mereka butuhkan untuk membangun ketahanan terhadap perubahan iklim,” kata Direktur Yayasan Bakti Barito Dian A. Purbasari dalam keterangannya dikutip Sabtu (11/11).
Berlandaskan itu, Yayasan Bakti Barito membuat Program Bakti Pangan Lestari yang merupakan program jangka panjang selama lima tahun diperuntukkan bagi para petani dan generasi petani muda untuk membangun ketahanan iklim dan ketahanan pangan.
BACA JUGA: Tingkatkan Pengelolaan Otsus, Bappenas Gelar Program Magang 18 ASN Papua Barat
Program ini membantu mereka membangun ketahanan atas perubahan iklim dan memperkuat ketahanan pangan.
Tujuan utama dari program ini adalah mengajarkan teknik pertanian tepat guna yang memberdayakan petani dan generasi petani muda, mendukung inovasi untuk adaptasi iklim, dan memberikan akses petani ke sumber daya yang mereka butuhkan untuk memperkuat sistem pangan mereka.
BACA JUGA: Bappenas dan Kemendikbudristek Godok Hasil Musrembang untuk Memajukan Kebudayaan
“Seiring pertumbuhan populasi yang terus meningkat, tantangan seperti lahan yang terbatas serta kurangnya akses terhadap air bersih, maka kita perlu memastikan bahwa para pemuda siap menghadapi perubahan iklim," ungkapnya,
Agar memiliki dampak jangka panjang, program ini menghasilkan kurikulum Usaha Pertanian Terpadu (UPT) untuk membekali guru dan siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Juga mengatasi tantangan masa depan seperti kurangnya lahan serta minimnya akses terhadap sumber air bersih yang merupakan dampak dari pertumbuhan populasi, dengan menggunakan program pertanian terpadu (permaculture).
Untuk meningkatkan mata pencaharian para petani, Bakti Barito meluncurkan serangkaian pelatihan berbasis keterampilan yang intensif dan memberikan dukungan untuk memperkuat ketahanan pangan.
Kurikulum unit pertanian terpadu ini telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Para mitra yang terlibat dalam program Bakti Pangan Lestari yang mendorong kemajuan menuju SDG 2 (nol kelaparan) termasuk The Learning Farm, Joglo Tani, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, dan Konsorsium Bisnis Republik Indonesia yang Peduli Pendidikan Kejuruan.
"Dengan pengetahuan dan dukungan yang tepat, generasi muda kita dapat membangun sistem pangan regional yang lebih berkelanjutan, lebih sehat, dan membangun masa depan yang makmur bagi masyarakat di seluruh negeri,” imbuhnya.
Atas komitmen tersebut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional menganugerahkan Penghargaan Aksi SDG Indonesia 2023 dalam kategori Filantropi kepada Yayasan Bakti Barito.
Penghargaan Aksi SDG Indonesia yang diserahkan oleh Menteri Suharso Monoarfa, diberikan kepada organisasi filantropi, lembaga dan institusi yang telah menerapkan prinsip-prinsip dan standar keberlanjutan dan/atau mendukung pencapaian target SDG dalam model bisnis organisasi tersebut.
Para pemenang penghargaan ini diumumkan dalam Konferensi Tahunan SDG, yang dihadiri oleh pemimpin, bisnis, dan filantropi.
Hadir juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan Kepala Perserikatan Bangsa- Bangsa untuk Indonesia Valerie Julliand.(esy/jpnn)
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Mesyia Muhammad