jpnn.com - JAKARTA - PT Berdikari (Persero) mencapai target ekspor kakao. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu mengirim kakao setengah jadi 160 ton per minggunya.
Direktur Keuangan PT Berdikari, Siti Marwa mengatakan dengan tercapainya target ini, industri kakao dalam negeri mulai bergairah lagi setelah sempat mati suri akibat pemberlakukan bea keluar ekspor biji kakao yang memberatkan pengusaha tahun 2011 lalu. Biji kakao yang diekspor ini merupakan trading dari Makassar, Kolaka dan Padang.
BACA JUGA: Harga Daging Sapi Mulai Turun Rp 95 Ribu
"Pada saat pemerintahan memberlakukan pengenaan bea keluar atas ekspor biji kakao yang diberlakukan 1 April 2010 lalu, menyebabkan harga biji kakao sudah sangat tidak kompetitif lagi, sehingga inilah yang mendorong kami pada oktober 2012 untuk merambah produksi kakao setengah jadi," kata Marwa dalam keterangan persnya, Selasa (20/8).
Bergairahnya industri kakao karena peminat produksi kakao setengah jadi yang diproduksi meningkat. Apalagi kata Marwa PT Berdikari juga berhasil meluaskan kerjasama dengan perusahaan –perusahaan swasta di Indonesia.
BACA JUGA: Harga Daging Sapi Mulai Turun jadi Rp 95 Ribu
Sebagai perusahaan pelat merah yang baru menangani komoditi kakao, produksi kakao setengah jadi milik PT Berdikasir diolah menjadi Liquor, Cocoa Butter dan cocoa Powder. Produksi kakao sebanyak 160 ton atau 8 container tiap minggunya telah di ekpor ke berbagai negara.
“Pasar international yang meminati kakao setengah jadi hasil produksi PT. Berdikari antara lain Singapura, Malaysia, London, Belanda, Spanyol dan negara – negara Eropa lainnya,” katanya.
BACA JUGA: Harga Cabai dan Bawang Mulai Turun, Kentang dan Tomat Meroket
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Sindra Wijaya sempat menyebutkan jika kapasitas industri pengolahan kakao dan produksi yang cenderung stagnan akibat harga kakao yang menurun. Kondisi ini terjadi karena minat petani menurun menanam kakao sehingga menyebabkan Indonesia akan menjadi negara importir kakao pada 2015.
Namun, Marwa optimis Indonesia tidak akan menjadi importir karena dengan membaiknya industri kakao dalam negeri akan membut harganya semakian bersaing. Kata dia, petani juga akan mulai bersemangat menanam kakao dan Berdikari siap untuk melakukan pengolahan kakao yang berstandar internasional.
Dengan kualitas kakao yang baik, Marwa berharap dapat melindungi konsumen dari kakao berkualitas buruk sekaligus meningkatkan pendapatan petani. "Mutu kakao yang baik akan memperbaiki harga dan meningkatkan devisa negara sehingga petani pun semakin bersemangat untuk menanam kakao," ujarnya. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... November, Inalum jadi BUMN Baru
Redaktur : Tim Redaksi