jpnn.com, JAKARTA - Elektabilitas calon Presiden Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto dan elektabilitas Partai Demokrat sama-sama meningkat pasca-Prabowo dideklarasikan sebagai Capres dari Partai Demokrat.
Basis pemilih Demokrat bergeser mendukung Prabowo dan Demokrat memperoleh tambahan suara dari basis pemilih yang semula tidak memilih Demokrat.
BACA JUGA: Saleh PAN Ungkap Informasi Penting Soal Koalisi Indonesia Maju dan PD
“Keputusan Partai Demokrat bergabung ke Koalisi Indonesia Maju berdampak positif, baik bagi Prabowo maupun bagi Demokrat sendiri (win-win). Kedua belah pihak sama-sama mendapat kenaikan elektabilitas. Ini bukti bahwa keputusan elit Demokrat sejalan dengan aspirasi publik,” kata peneliti utama dari lembaga survei The Republic Institute (TRI) Dr. Sufyanto dalam jumpa pers di Jakarta (10/10).
Sufyanto baru saja menyelesaikan survei nasionalnya. TRI melakukan survei ini pada 13 September - 23 September 2023 dengan jumlah 2.010 sampel awal dengan oversampling pada enam provinsi di pulau Jawa sebesar 640 sampel dan oversampling tambahan di Jawa Timur sejumlah 710 sampel, sehingga totalnya 3.360 responden.
BACA JUGA: GMI Dukung Gibran jadi Cawapres Prabowo, Ini Alasannya
Sampel dipilih secara stratified random sampling, dengan Margin of Error (MoE) sebesar 2,19 dengan analisa pembobotan (weighted analysis) untuk memperoleh hasil yang setara.
Elektabilitas Prabowo dan Ganjar Naik
BACA JUGA: AHY jadi Menteri Jokowi? Bisa Mengancam Partai Lain
Elektabilitas Prabowo naik dari 35,3 persen pada survei Juni menjadi 39,3 persen pada survei September.
Elektabilitas capres Ganjar Pranowo juga naik dari 31,4 persen menjadi 34,9 persen. Sedangkan elektabilitas Anies Baswedan justru anjlok dari 30 persen pada bulan Juni, menjadi 22,8 persen.
Responden yang belum bersikap (undecided voters) juga turun dari 3,3 persen menjadi 3 persen.
Dengan kata lain, ada migrasi sebesar 7,2 persen dari responden yang semula memilih Anies, empat persen diantaranya pindah ke Prabowo, 3,5 persen sisanya ke Ganjar, sisa 0,3 persen berasal dari respoenden yang semua belu menentukan pilihan (undecided voters).
Pasca Demokrat mencabut dukungan Capres bagi Anies, 53,7 persen responden memang menyarankan Demokrat untuk berlabuh di koalisi yang dipimpin Prabowo Subianto.
Sisanya (36,2 persen) menyatakan sebaiknya Demokrat berlabuh di koalisi PDIP yang mendukung Ganjar Pranowo, dan tidak menjawab.
Alasan utamanya, karena tokoh dari Partai Demokrat maupun Partai Gerindra sama-sama berlatar belakang militer (21 persen), Prabowo lebih mungkin menang (13,3 persen) dan kedua partai pernah sama-sama berpengalaman dalam satu koalisi (11,4 persen).
Peroleh Suara Baru, Elektabilitas Demokrat Naik
Keputusan untuk bergabung dengan koalisi Gerindra, ternyata membuat Partai Demokrat mendulang suara baru.
Ketika ditanya bagaimana sikap politiknya pasca Partai Demokrat mencabut dukungan terhadap Anies Baswedan, 9,6 persen responden yang sebelumnya tidak memilih Partai Demokrat, ternyata menyatakan akan memilih Partai Demokrat. Meski ada 5,4 persen pemilih Demokrat yang tidak akan memilih Demokrat akibat keputusan ini, Demokrat masih memperoleh 4,2 persen suara baru.
Dampak elektoral ini langsung terasa pada peningkatan elektabilitas Partai Demokrat, dari 10,2 persen pada survei bulan Juni 2023, menjadi 11,8 persen pada survei bulan September 2023.
Selain Demokrat, survei nasional ini mencatat parpol lainnya yang elektabilitas naik cukup signifikan adalah PDIP (dari 21,7 persen menjadi 23,4 persen), sedangkan kenaikan elektabilitas Gerindra, PKB, dan PAN dibawah satu persen.
“Temuan di lapangan menunjukkan caleg-caleg dan juga kepala-kepala daerah dari PDIP memang rajin turun menyapa dan membantu masyarakat,” kata Sufy menjelaskan.
Di luar lima parpol tersebut, empat parpol lain yang ada di Senayan, mengalami penurunan elektabilitas yang cukup signifikan.
Elektabilitas Golkar turun dari bulan Juni sebesar 10,8 persen menjadi 8,7 persen pada bulan September, Nasdem, dari 8,4 persen menjadi 7,2 persen dan PKS dari 7,2 persen menjadi 6,0 persen.
“Golkar turun cukup signifikan karena caleg-calegnya belum bekerja optimal di lapangan karena masalah nomor urut yang belum memberi kepastian,” kata Sufy.
Mencermati turunnya elektabilitas Anies, Nasdem dan PKS setelah ditinggal Demokrat, Dr. Sufyanto berkomentar, “Ibarat pepatah Jawa, Mburu Uceng Kelangan Deleg, artinya, mengejar sesuatu yang kecil tetapi kehilangan miliknya yang lebih besar.”(fri/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Friederich Batari