Berikan Kesempatan Pada Arsitek Lokal

Minggu, 12 Mei 2013 – 03:41 WIB
KUPANG--Tak dipungkiri bahwa Provinsi NTT memiliki ratusan arsitek, dan mereka tersebar di seluruh pelosok NTT. Namun sangat disayangkan bahwa sejauh ini, mereka tidak diberi kesempatan untuk berapresiasi, membuktikan profesionalitas mereka di bidang jasa arsitektur.

Karena itu, Ketua IAI Nasional Munichy B Edrees, IAI dalam pidatonya pada Musda II Ikatan Aristek Indoensia (IAI) NTT di Hotel Sasando Kupang, Sabtu (11/5) mengatakan, banyak arsitek di NTT namun belum terlalu diberi ruang untuk melakukan rancang bangun di NTT. Dalam mendesain, kata dia, harus menonjolkan aspek lokal.

"Arsitek di NTT lebih tahu akar budaya dan filosofi yang dapat dituangkan dalam karya aristektur,"katanya sembari mengharapkan Gubernur NTT yang hadir saat itu untuk memberikan kesempatan bagi arsitek lokal. "Aristek lokal mesti diberi kesempatan untuk mengerjakan proyek di NTT,"katanya.

Dosen UII itu menambahkan, NTT punya potensi sumber daya alam yang berlimpah namun belum dimanfaatkan optimal oleh para arsitek di NTT.
Karena itu produk Musda II IAI NTT itu diserukan "Saya himbau kepada Ketua IAI NTT yang baru acar bisa mempersiapkan diri dengan potensi yang ada di tiap daerah yang merupakan keunggulan daerah,"katanya. Ia mengaku terpukau karya aristektur tradisional NTT.

"Maket-maket arsitektur tradisional NTT yang merupakan ciri arsitektur tradisional NTT sangat bagus saat ini mulai kurang dilir oleh arsitek dalam karyanya, mestinya terus dipertahankan. Kita harus angkat kembali arsitektur tradisonal NTT,"katanya.

Sementara Gubernur NTT Frans Lebu Raya saat itu menegaskan, para profesional di bidang arsitektur di NTT mestinya terus mengedapankan dan menampilkan ciri arsitektur lokal NTT dalam setiap karya arsitektur yang dihasilkan di NTT. Namun demikian, dalam setiap hasil karya arsitektur tetap mempertimbangkan aspek mutu dan kualitas serta nilai seni.

"Saya mengaharapkan para arsitek di NTT yang tergabung dalam IAI NTT selalu berpatokan pada arsitektur tradisonal NTT. Kalau kita lihat bangunan rumah adat di daerah ini ada hal yang penting, bahwa sebuah bangunan rumah harus punya nyawa, dan itu diyakini di semua daerah di NTT. Kita memang cenderung lebih bangga dengan produk luar dari pada yang kita miliki. Arsitek NTT harus gali kearifal lokal NTT untuk dijadikan patokan dalam mendesain bangunan di NTT."

Lebu Raya menambahkan, Pemda tetap akan bersama-sama berkiprah dengan para arsitek di NTT karena profesi itu sudah sangat dibutuhkan pemerintah dan masyarakat. Bahkan, ia berjanji akan mengusulkan Peraturan Daerah (Perda) NTT yang mengatur tentang arsitektur. "Ada kekhasan daerah yang perlu dilestarikan oleh para arsitek,"katanya berharap dukungan para arsitek untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan di NTT dengan tetap mengedapankan kualitas, dan seni.

Dikatakan Lebu Raya, Musda di organisasi profesi seperti IAI jangan sampai seprti Musda di partai politik. "Dalam sebuah Musda cenderung mengemukakan calon sebelum merumuskan program kerja,"katanya.

Ia memberikan apresiasi kepada para arsitek yang bersedia menggabungkan diri dalam wadah IAI. Ia berpesan, setiap wadah yang dibentuk mestinya dapat memebrikan manfaat yang besar bagi anggotanya. "Saya menangkap ada sebuah tuntutan supaya dihargai dan diberdayakan oleh pemerintah dan masyarakat, sehingga IAI dan anggotanya harus siap dengan profesionalisme serta karya arsitektur yang dapat dipertanggungjawabkan,"jelas nya.

Hadir dalam Musda itu Ketua LPJK NTT Piet Djami Rebo. Dalam kesempatan itu Djami Rebo mengatakan, ia memberikan apresisasi besar kepada IAI NTT yang menggelar Musda itu dengan menitikberatkan pada penguatan jejaring untuk menunjang profesionalisme arsitek NTT.

Arsitektur adalah tempat bernaung seluruh makluk di dunia, termasuk binatang. Itu pasalnya, jasa arsitektur harus dimanfaatkan oleh semua makluk. Bahkan, orang miskin dan kumuh sekalipun butuh arsitektur.

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Nasional, Munichy B. Edres, IAI dalam seminar nasional yang bertajuk Architecture For All yang dalam sela Musyawarah Daerah (Musda) II Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Daerah NTT di Sasando Hotel Kupang, Sabtu (11/5/2013). Seminar itu dimoderatori oleh Laurensius Leba Tukan, ST, IAI dan dihadiri ratusan arsitek NTT yang datang dari berbagai daerah di NTT serta mahasiswa Arsitektur Unwira Kupang.

Munichy mengatakan, kondisi saat ini arsitektur masih menjadi milik kalangan tertentu semisal orang kaya. "Padahal orang miskin dan kumuh sekalipun punya hak untuk memiliki aristektur,"ujarnya. Dosen Arsitektur pada Universitas Islam Indonesia itu mengatakan, arsitektur di NTT harus meramu yang modern dan yang tradisional untuk menjadikan aristektur yang menarik. Arsitektur kata dia, harus melalui proses dan konsep. Arsitektur, kata dia sebagai suatu karya seni yang hanya bisa dicapai dengan dukungan masyarakat yang luas, berbeda dengan karya seni patung bisa tercipta hanya dengan usaha satu orang saja. "Arsitektur diperlukan multy disiplin diantaranya arsitek, sipil, landscape, geodesi, MEE, ahli interior dan lain sebagainya,"katanya.

Arsite ktur yang humais, adalah arsitektur yang sesuai dengan kondisimasyarakat sebagaimana adanya dan bukan memaksakan kehendak yang diinginkan arsitek dan klien atau penyandang dana. Ia juga menyebutkan, seorang arsitek bekerja untuk menata bukan untuk menggusur. "Membangun bukan merusak dengan prinsip humanis maka asitektur mampu mengangkat harkat masyarakat. "Arsitektur juga sebagai karya budaya dengan mengubah bencana menjdi rahmat,"katanya. "Arsitektur mampu memberi keunikan yang kontekstual terhadap budaya dan lokalitas setempat."

Tidak hanya itu, ia juga mengatakan, arsitektur merupakan produk kreatif yang dapat diintegrasikan dengan peningkatan ekonomi masyarakat dan dapat menjadi incomegenerator.(by)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Brak! Pesawat Pengangkut Pupuk Jatuh Di Kebun Sawit

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler