Berikut Ini Daftar Jenis Usaha Tak Terusik Serangan Corona

Selasa, 12 Mei 2020 – 05:38 WIB
Ilustrasi. Berbagai truk logistik harus mengantri. Foto : Business Insider

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah sektor usaha diprediksi mengalami perkembangan positif di masa pandemi COVID-19.

Pakar ketenagakerjaan dari Indonesian Consultant at Law (IClaw), Hemasari Dharmabumi menyebut, sektor usaha itu antara lain streaming service, media massa dan telekomunikasi, online learning, serta cloud service.

BACA JUGA: Heboh Klaster Indogrosir, Siap-siap Jumlah Positif COVID-19 Meledak

"Untuk media massa, COVID-19 itu menyelamatkan. Kalau untuk media, masih tetap masih bisa memposting banyak sekali atau melaporkan banyak sekali kejadian-kejadian, terutama yang berkaitan dengan endemi ini," kata Hemasari Dharmabumi ketika dihubungi melalui telepon, Senin (11/5).

Dia mengatakan sektor usaha yang menguat selama wabah ini atau disebut The Rise Sector dan sektor yang meningkat sampai di atas 30 persen adalah grocery atau kebutuhan pangan, e-commerce, logistik, jasa antar barang dan makanan, dan remote working.

BACA JUGA: Presiden Hendak Evaluasi Kebijakan, Tiba-tiba Keluar Data Mengagetkan

Sektor usaha lainnya yang berpeluang meningkat saat pandemi COVID-19 dengan cakupan 10 persen adalah telemedical, cleaning service, homefitness.

"Terbukti, sektor-sektor yang mengandalkan teknologi informasi berpeluang selamat selama pandemi COVID-19," katanya.

BACA JUGA: Sepi Penumpang, Ancang-ancang Tunda Penerbangan hingga 1 Juni

Sementara itu, ada sejumlah sektor usaha pun mengalami dampak COVID-19, atau yang disebut the fall sector dan sektor yang terdampak sampai lebih dari 30 persennya adalah pariwisata seperti perhotelan, objek wisata, dan restoran.

Kemudian sektor penerbangan, MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), event organizer, manufaktur, tekstil dan garmen.

Sektor yang terdampak antara 10 sampai 30 persen adalah multifinance, sport, entertainment, sinema, otomotif, mall, dan sektor komoditas.

Sedangkan yang terpengaruh di bawah 10 persen adalah elektronik, properti, dan konstruksi

"Terlebih di Jawa Barat yang banyak industri garmen dan tekstil. Bukan berarti orang tidak beli baju, tapi masalahnya order dari buyer-nya berhenti," kata dia.

"Saat ini Nike, Zara, H&M, Calvin Klein, Adidas, cancel pesanannya. Industri garmen yang besar-besar itu dia memproduksi pesanan, bukan dia punya produk sendiri. Order dari brand-brand terkenal dunia itu berhenti," lanjut dia.

Dia mengatakan sektor perkebunan pun banyak yang berhenti beroperasi karena hasil perkebunannya tidak bisa dijual.

Jangankan perkebuanan, pertanian bunga yang terkoneksi dengan event organizer pun sangat terdampak.

Di Kabupaten Bandung Barat setiap harinya berton-ton bunga dibuang dan petaninya jadi rawan pangan dan industri lain yang paling terdampak adalah bahan bakar.

Ia mengatakan sejumlah sektor usaha atau industri di Indonesia terdampak akibat COVID-19, padahal sebelumnya pun terdampak oleh pelesuan ekonomi global dan hal serupa pun terjadi di Jawa Barat sebagai provinsi dengan aktivitas manufaktur dan industri terbesar di Indonesia.

Akibatnya, ribuan pekerja dirumahkan dan terkena PHK.

Hema mengatakan COVID-19 adalah sebuah economy crackdown atau hantaman ekonomi, termasuk hantaman secara ekonomi di bidang ketenagakerjaan dan hantaman ini terjadi saat situasi ketenagakerjaan di Indonesia dan Jawa Barat sedang tidak kondusif.

"Jadi di kondisi COVID-19 ini, seperti kalau orang sudah pingsan, tinggal dibunuh saja gitu. COVID ini menghantam. Oleh karena itu, sekarang situasi Jawa Barat, ada beberapa pabrik padat karya itu terhantam," kata Hemasari. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler