jpnn.com, JAKARTA - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) yang juga pengusaha minyak Arifin Panigoro meninggal dunia.
Arifin Panigoro menghembuskan napas terakhirnya setelah mendapatkan perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Amerika Serikat pada Minggu (27/2) pukul 02.29 waktu setempat atau Senin (28/2) pukul 03.29 WIB.
BACA JUGA: Profil Arifin Panigoro, Raja Minyak jadi Anggota Wantimpres 2019-2024
Arifin yang merupakan seorang pengusaha Indonesia berdarah Gorontalo yang dijuluki 'Raja Minyak Indonesia' meninggal di usia ke-76 tahun.
Dia juga dikenal sebagai pendiri dan pemilik Medco Energy yang merupakan perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi swasta terbesar di Indonesia.
Alumni Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) itu memulai kariernya sebagai kontraktor instalasi listrik.
Dia membangun Grup Medco yang bermula dari sebuah perusahaan kontraktor partikelir di bidang jasa pengeboran minyak dan gas bumi di daratan pada 1980.
Salah satu tonggak sejarah Medco adalah membeli Stanvac yang dimenangkan melalui tender yang kemudian namanya diubah menjadi Expan.
BACA JUGA: Menko Rizal Ungkap Berita Besar soal Arifin Panigoro
Melalui pembelian itu, Stanvac tak lagi dimiliki asing, tetapi sudah sepenuhnya dimiliki Medco.
Saat ini, Medco menggarap berbagai bisnis industri hulu berupa eksplorasi dan produksi migas, pertambangan tembaga, pertambangan emas, dan industri hilir di bidang pembangkit listrik.
Arifin berada di urutan ke-47 orang terkaya di Indonesia versi Forbes.
Dalam karier politiknya, Arifin dikenal sebagai sosok yang dekat dengan kalangan mahasiswa.
BACA JUGA: Arifin Panigoro Undang Jokowi ke Papua, Ada Apa Ya?
Dia dituduh menggagalkan Sidang Umum MPR yang hendak melantik Soeharto menjadi presiden untuk ketujuh kalinya pada 1998.
Kala itu, ia melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh politik di Hotel Radison, Yogyakarta.
Saat aksi mahasiswa kian memanas dan meminta Soeharto turun, Arifin memberikan bantuan logistik kepada para mahasiswa yang melakukan demonstrasi di Gedung DPR.
Bantuan itu Arifin berikan untuk mencegah kekacauan dan kerusuhan.
Dia tak ingin ada sentimen anti-Tionghoa maupun permusuhan di antara golongan muslim dan nonmuslim meluas ke seluruh Indonesia.
Setelah Soeharto lengser, Arifin lantas bergabung dengan partai politik PDIP dan mencalonkan diri sebagai anggota DPR untuk daerah pemilihan Kabupaten Tangerang pada Pemilu 1999.
Pada 2005, ia mengundurkan diri dari DPR dan PDIP, lalu membentuk Partai Demokrasi Pembaruan.
Partai itu didirikan oleh beberapa mantan anggota PDIP yang pernah dekat dengan Megawati Soekarnoputri.
Selain berkontribusi dalam bidang ekonomi dan politik, Arifin Panigoro juga turut berkontribusi dalam mengembangkan olahraga sepak bola nasional melalui turnamen Piala Medco dan tercatat sebagai penggagas Liga Primer Indonesia. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi