jpnn.com, JAKARTA - Label musik Future Classic menyampaikan kabar duka atas meninggalnya Sophie Xeon, salah satu tokoh musik pop dan dance underground.
Sophie disebutkan meninggal dunia di usia 34 tahun karena kecelakaan pada Sabtu (30/1) pagi waktu setempat.
BACA JUGA: Kabar Duka, Marco Panari Meninggal Dunia
"Sophie kami yang cantik meninggal dunia pagi ini setelah kecelakaan yang mengerikan," kata label tersebut, dikutip dari Billboard, Minggu (31/1).
Rekan-rekan sesama musisi seperti Rina Sawayama dan Sam Smith juga mengucapkan duka mendalam atas kepergian Sophie.
BACA JUGA: Hengky Kurniawan Sampaikan Kabar Duka, Innalillahi
Sophie Xeon mewarisi bakat musik dance dan elektronik dari ayahnya. Perempuan kelahiran Glasgow, Skotlandia ini mulai merekam musiknya sendiri di usia muda.
Pada awal 2010-an, Sophie menjalin hubungan dengan beberapa artis di label PC Music, dan segera berada di barisan depan pop eksperimental. Ia merilis single debut "Nothing More to Say" pada 2013.
BACA JUGA: Anak Pecahkan TV 70 Inci, Begini Reaksi Nikita Mirzani
Single itu adalah tindak lanjutnya dari "Bipp" / "Elle", yang pertama kali menarik perhatian luas karena kombinasi yang bergantian dan memikat dari ketukan elastis dan abrasif (elastic, abrasive beats), melodi pop yang menarik, dan vokal bernada tinggi.
Sophie merilis beberapa single lagi di tahun-tahun setelahnya, termasuk hit elektro-pop "Just Like We Never Said Goodbye", yang mengarah ke rilis kompilasi full-length pertamanya pada tahun 2015.
Penyanyi dan penulis lagu itu juga menjalin kemitraan artistik dengan bintang pop yang lebih mainstream seperti Charli XCX dan menjadi produser utama pada EP "Vroom Vroom" (2016). Tak hanya itu, Sophie bahkan bekerja pada ikon pop Madonna bertajuk "B*tch, I'm Madonna" (2015) sebagai penulis.
Pada 2017, Sophie merilis hit "It's Okay to Cry", sebuah balada synth-pop yang cantik dan lembut, serta menandai pertama kalinya Sophie menggunakan vokalnya sendiri.
Perilisan lagu tersebut dinamai oleh Billboard sebagai salah satu lagu terbaik di tahun 2017. Melalui video musiknya, Sophie juga menampilkan sosok aslinya untuk kali pertama.
Sophie pun mengaku bahwa ia adalah seorang transgender. Dalam wawancaranya bersama Teen Vogue, ia mengatakan, "Saya tidak begitu setuju dengan istilah 'coming out'. ... Saya hanya mengikuti apa yang terasa jujur."
Sophie juga lebih suka tidak menggunakan kata ganti jenis kelamin (pronouns: he/she, Sophie menggunakan "they" sebagai kata gantinya).
Pada 2018, ia merilis album debut resminya "Oil of Every Pearl's Un-Insides", yang bahkan menerima nominasi untuk album dance / elektronik terbaik di Grammy 2019.
Pada pergantian dekade, pengaruh Sophie tidak dapat dikesampingkan dalam kebangkitan subgenre hyperpop yang sedang berkembang; dengan campuran vokal yang bergeser dengan keras, ketukan yang menabrak dan naluri pop murni. (antara/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh