jpnn.com, GAZA - Asap hitam pekat masih mengepul di perbatasan Jalur Gaza-Israel. Hingga kemarin, Jumat (13/4), unjuk rasa Great Return March masih berlangsung. Para demonstran Palestina semakin nekat. Serdadu-serdadu Israel juga kian agresif.
Insiden pembakaran bendera Israel mewarnai aksi massa yang ’’ritual wajibnya’’ adalah membakar ban bekas.
BACA JUGA: Israel Mulai Menebar Maut di Syria
’’Sebagian orang mungkin menganggap kami ini idiot jika sampai berpikir Israel akan mengizinkan kami pulang ke tanah asal kami. Israel memang tidak akan mungkin melakukan itu. Tapi, kami tidak akan pernah berhenti untuk mencoba pulang,’’ kata Ahmed, salah seorang demonstran, dalam wawancara dengan Reuters.
Karena itu, pemuda 37 tahun tersebut mengatakan tidak lelah meski berunjuk rasa setiap hari.
BACA JUGA: Pangeran Mohammed Dukung Israel, Anak Osama bin Laden Geram
Great Return March yang bermula sejak 30 Maret itu baru berakhir pada 15 Mei, bertepatan dengan Nakba. Sebagaimana Ahmed, tuntutan para demonstran tersebut hanya satu.
Kembali ke tanah asal alias pulang. Sejak Israel berdiri pada 1948, warga Palestina yang semula tinggal di kota-kota Israel diusir. Mereka terpaksa tinggal di Jalur Gaza dan Tepi Barat atau bagian bumi lainnya dengan status sebagai pengungsi.
BACA JUGA: Balas Batu dengan Peluru Tajam, Israel Bunuh 19 Warga Gaza
’’Tidak ada perdamaian. Tidak ada pekerjaan. Tidak ada persatuan. Tidak ada masa depan. Jadi, apa bedanya itu semua dengan kematian? Kami tidak mau mati sia-sia. Karena itu, kami memperjuangkan hak kami,’’ lanjut Ahmed.
Berhadapan dengan tentara terlatih Israel dan para sniper di perbatasan sama saja berhadapan dengan maut. Setiap saat peluru bisa saja merenggut nyawa para demonstran.
Kemarin tidak kurang dari 30 demonstran yang didominasi kaum muda itu terluka. Sebagian besar tertembak peluru. Dua nyawa lagi melayang.
Al Jazeera melaporkan bahwa sejauh ini 34 warga Palestina tewas dalam unjuk rasa karena bentrok dengan pasukan Israel di perbatasan. Adapun jumlah demonstran yang terluka mencapai 1.300 orang.
Unjuk rasa yang sudah berlangsung dua pekan itu melibatkan ribuan warga Palestina. Kemarin Associated Press melaporkan bahwa sejumlah tenda berdiri di perbatasan. Para demonstran sengaja tinggal di tenda-tenda itu agar bisa terus menyuarakan aspirasi mereka.
Selain membakar ban bekas untuk mengacaukan pandangan tentara Israel dan para penembak jitu, massa menyiasati gas air mata dengan masker buatan sendiri yang rata-rata dilengkapi bawang atau daun bawang sebagai penangkal racun.
Aksi lempar batu dan bom molotov juga berlanjut. Kemarin sejumlah warga terlihat berusaha menyingkirkan kawat berduri dengan menggunakan tali.
’’Israel akan tetap melanjutkan upaya untuk membela kedaulatannya dan keselamatan rakyatnya. Negara Anda pun pasti akan melakukan hal yang sama.’’ Demikian cuitan Kementerian Luar Negeri Israel di Twitter.
Meski terus dikritik karena dianggap berlebihan dalam menangani unjuk rasa, Israel bergeming. Para demonstran di radius 100 meter dari pagar pembatas bakal ditembak. (hep/c15/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pangeran Mohammed Dukung Israel, Ayatollah: Tak Termaafkan!
Redaktur & Reporter : Adil