Setidaknya 5.000 migran, yang ribuan di antaranya adalah anak-anak, tiba di daerah di Spanyol bernama Ceuta dari Maroko hari Senin kemarin (17/05).

Jumlah tersebut memecahkan rekor harian kedatangan migran di negara tersebut.

BACA JUGA: Supermarket Besar di Australia Teken Pakta Pemusnahan Kemasan Plastik

Seorang juru bicara delegasi pemerintah Spanyol di Ceuta tidak memprediksi jumlah warga yang masuk di tengah tegangnya hubungan ibukota Spanyol, Madrid dengan ibukota Maroko, Rabat.

Menurutnya, jumlah ini mungkin saja bisa bertambah.

BACA JUGA: Supermarket Besar di Australia Teken Pakta Pemusnahan Kemasan Plastik

Juru bicara itu mengatakan para migran berhasil mencapai daerah perkantungan tersebut dengan berenang dan berjalan di tengah air laut yang sedang surut. Namun, seorang pria diketahui tenggelam di tengah perjalanannya.

Delegasi tersebut mencatat kedatangan 100 orang di pagi hari, yang kebanyakan adalah pria remaja, anak-anak dan beberapa perempuan yang berenang dengan ban atau perahu karet.

BACA JUGA: Perbatasan Masih Ditutup Sampai Pertengahan 2022, Australia Tetap Terbitkan Visa Pelajar

Menurut juru bicara, beberapa lainnya berjalan ketika air pasang. Jumlah kedatangan meningkat cepat sepanjang hari itu.

Setelah diperiksa oleh Palang Merah, migran ini dibawa ke resepsionis di pantai El Tarajal, sembari pihak berwenang mengadakan pertemuan untuk berdikusi tentang bagaimana situasi tersebut harus ditangani mengingat tingginya angka kedatangan.

Video yang diunggah di media sosial menunjukkan rombongan orang, beberapa mengenakan pakaian renang dan lainnya berbaju biasa, melewati tempat berpijak yang berbatu.

Awalnya, polisi Maroko hanya menyaksikan rombongan tersebut, sebelum mulai mengamankan segerombolan penonton yang juga ikut menyaksikan.

Menteri Dalam Negeri Spanyol mengatakan pada Senin malam bahwa 200 "penjaga sipil dan polisi nasional akan dikerahkan" ke Ceuta.

Dia menambahkan, "pihak berwenang Spanyol dan Maroko baru mencapai kesepakatan mengenai pengembalian warga Maroko yang tiba di pantai ke negara asal mereka", dan bagaimana pihak berwenang dari kedua sisi terikat dalam kontrak yang "permanen".

Pihak berwenang Maroko tidak menjawab ketika dihubungi pada Senin malam. Ketegangan diplomatis mungkin menjadi penyebabnya

Pada akhir pekan di Bulan April, sekitar 100 orang migran berenang ke Ceuta secara berkelompok.

Satu kelompok berisi 20-30 orang. Kebanyakan darinya dideportasi kembali ke Maroko.

Ceuta dan Melilla, daerah perkantungan Afrika Selatan di Spanyol lainnya, adalah satu-satunya perbatasan darat Uni Eropa dengan Afrika.

Kedua daerah ini merupakan jalur masuk populer bagi migran yang menginginkan hidup lebih baik di Eropa.

Data yang dikeluarkan oleh Menerti Dalam Negeri Spanyol menunjukkan bahwa pada periode 1 Januari hingga 15 Mei, sebanyak 475 migran berhasil tiba di Ceuta lewat darat atau laut.

Jumlah ini naik dua kali lipat dari jumlah sebelumnya di periode yang sama, yaitu 203 warga.

Mohamed Benaissa, Presiden Observatorium Utara kelompok HAM di Fnideg yang berjarak cukup jauh dari Maroko, mengatakan kebanyakan warga yang berhasil mencapai Spanyol adalah "anak-anak, remaja, namun juga keluarga, semuanya warga Maroko".

Kedatangan ini terjadi di tengah adanya ketegangan diplomatik antara Madrid dan Rabat setelah ketua Front Polisario, Brahim Ghali tiba di Spanyol bagian utara pada pertengahan April dan dirawat di rumah sakit karena COVID-19.

Front Polisario sejak lama telah memperjuangkan kemerdekaan Sahara Barat dari Maroko. Analis memperingatkan pertengkaran ini dapat mengancam kerjasama bilateral antara Madrid dan Rabat dalam melawan imigrasi ilegal.

Mohamed mengatakan rombongan yang tiba hari Senin itu "mungkin berkaitan dengan krisis diplomatik antara Maroko dan Spanyol".

Diproduksi oleh Natasya Salim dari artikel ABC News dalam Bahasa Inggris

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dexter Kruger Jadi Pria Tertua di Australia, Berapa Usianya?

Berita Terkait