jpnn.com, JAKARTA - Program Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berupa matching fund membuat Universitas Bandar Lampung (UBL) bisa sejajar dengan perguruan tinggi di pulau Jawa.
Ini setelah UBL berhasil menghasilkan berbagai prestasi, salah satunya bidang teknik.
BACA JUGA: Jambore Nasional Bank Sampah 2022 Siap Digelar UBL, Catat TanggalnyaÂ
Menurut Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Dr. Hendri Duman, SE. MM., 2022 UBL mendapatkan hibah matching fund sebesar Rp 4,75 miliar. Bantuan ini meningkat tajam dibandingkan pada 2021 yang hanya Rp 900 juta.
"Matching fund ini kami gunakan untuk beberapa riset di antaranya Automatic Guided Vehicle (AGV), penanganan masalah narkoba di Lampung yang cukup tinggi, dan riset lainnya," kata Hendri kepada tim Press Tour Kemendikbudristek di Kampus UBL, Kamis (16/3).
BACA JUGA: 953 Mahasiswa UBL Siap Berikan Edukasi pada Masyarakat
Muhammad Riza, Ph.D, ketua tim peneliti yang juga dosen program studi Teknik Mesin UBL menambahkan, untuk menghasilkan AGV butuh lima bulan melakukan riset. Tidak hanya dosen, mahasiswa pun dilibatkan dalam riset ini.
"Kami bejerja dari Juli sampai 15 Desember untuk menghasilkan prototipe AGV ini," ucapnya.
BACA JUGA: Program Matching Fund Vokasi Kemendikbudristek Makin Diminati, Ini BuktinyaÂ
Riza menekankan AGV UBL menggunakan 50 - 60 persen komponen dalam negeri. Hal ini untuk mendukung program pemerintah, yakni bangga buatan Indonesia.
Lebih lanjut dikatakan kerja keras tim UBL ini berbuah manis. AGV atau kendaraan berpemandu otomatis yang diberi nama Alto ditampilkan dalam event GMF Innovation Day 2023 pada 1 Maret.
"Saat itu AGV UBL diperagakan di hangar DC-9 PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (PT GMF AeroAsia), anak usaha Garuda Indonesia yang menyediakan jasa perawatan, perbaikan, dan pemeriksaan pesawat terbang," terangnya
Riza menjelaskan ide pembuatan alat ini muncul dari masih digunakannya troli manual dalam proses pemindahan komponen pesawat pada area workshop di PT GMF AeroAsia.
Melihat kesulitan tersebut, maka muncul ide untuk membuatkan alat yang mampu umemindahkan material dengan bantuan kendaraan berpemandu otomatis.
Pembuatan alat ini dilakukan oleh peneliti dan mahasiswa dari Program Studi Teknik Mesin yang didalamnya terdapat disiplin ilmu mekatronika.
Rancang bangun untuk AGV ini juga melibatkan peneliti dari ilmu komputer untuk menangani masalah perangkat lunak dan serta akademisi dari bidang ekonomi yang melakukan analisis kelayakan ekonomi.
Dia menyebutkan saat ini AGV tengah digunakan GMF sampai 2024 untuk mengoptimalisasi kerja PT GMF AeroAsia dalam melakukan perawatan pesawat terbang
"Insyaallah, 2025, sudah bisa dihilirisasi karena teknologi ini bisa digunakan untuk ekspedisi, perhotelan, dan lainnya," terangnya.
Mengenai harga jual, dia menyebutkan AGV UBL lebih murah, yaitu Rp 150 juta, sedangkan produksi lainnya untuk tipe serupa sekitar Rp 500 juta.
Saat ini, Riza berharap mendapatkan hibah matching fund 2023 untuk mendapatkan hak paten dan selanjutnya bisa diproduksi oleh industri. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad