jpnn.com, LUMAJANG - Program kebun bibit rakyat (KBR) yang dilaksanakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (PTH) telah memberikan dampak positif bagi warga.
Khususnya masyarakat di Desa Sumberjati, Kecamatan Tempeh, Lumajang, Jawa Timur. Desa yang pada 2010 dan 2014 mendapat bantuan KBR ini kini memiliki perekonomian yang lebih baik. Warga yang dulu banyak menganggur, sekarang bisa bekerja dan punya penghasilan tetap.
BACA JUGA: KLHK Bakal Kerja Sama dengan Kementan untuk Menangani Karhutla
Ali Afandi selaku ketua kelompok tani hutan (KTH) di Desa Sumberjati mengatakan, dulu sebelum ada program KBR, warga di desanya sangat kesusahan. Bahkan, banyak bangunan rumah yang masih berasal dari bambu.
“Sekarang alhamdulilah sudah lebih baik. Rumah-rumah sekarang sudah bangunan permanen semua,” ujar Ali Afandi kepada wartawan, Rabu (12/9).
BACA JUGA: Mau Bibit Pohon Gratis dari KLHK? Cukup Tunjuk KTP
Ali Afandi menerangkan, mulanya dari bantuan KBR sebesar Rp 50 juta, mereka melakukan pembibitan sengon sebanyak 40.000 batang serta mengadakan sejumlah sarana dan prasarana untuk pembibitan tersebut.
Setelah melakukan pemeliharaan bibit dengan pendampingan KLHK, bibit sengon kemudian ditanam pada lahan anggota kelompok.
Tanaman sengon setelah berumur 5 tahun kemudian dijual dan hasil penjualannya digunakan lagi untuk melanjutkan usaha pembibitan.
Hasil penjualan sengon, menurut Ali, rata-rata Rp 200 juta per hektar dan sebagian besar tanaman yang ditanam sudah dipanen.
Dengan rata-rata jumlah tanaman 1.000 batang per hektar, maka diperkirakan pendapatan yang bisa diperoleh masyarakat dari pohon sengon sebanyak 40.000 batang mencapai Rp 8 miliar.
Sebagian besar hasil penjualan sengon dinikmati anggota KTH pemilik lahan sebagai bentuk penghasilan yang secara nyata dirasakan sangat membantu meiningkatkan kesejahteraan mereka dari hasil panen hutan rakyat
Kini, setelah program KBR selesai, masyarakat masih bisa memanfaatkan aset berupa sarana dan prasarana untuk melakukan aktivitas pesemaian.
Bahkan, Ali Afandi kini mampu membuat pembibitan yang dikomersilkan. Setiap tahunnya, pembibitan tersebut bisa menghasilkan sekitar 50.000 bibit dan dijual Rp 1.000 per bibit.
Artinya, per bulan Ali bisa mendapat penghasilan Rp 4,1 juta lebih dari pembibitan komersil yang juga hasil pengembangan KBR.
Diketahui, program KBR adalah bantuan uang tunai sebesar Rp 50 juta dan diberikan ke setiap KTH yang ada di desa terpilih. Uang tersebut dipakai untuk usaha pembibitan sengon yang ditanam di lahan milik masyarakat.
Lahan yang dipilih sendiri adalah yang tidak produktif dan memang tak terpakai sehingga tidak mengganggu produktivitas lahan khusus pertanian.
Nantinya, setelah tanaman hutan sengon sudah besar, bisa dijual ke para pengepul untuk dijual ke pabrik.
Adapun tujuan utama dari program KBR ini adalah mengurangi lahan kritis, meningkatkan produktifitas lahan, mendukung penyediaan bahan baku industri kayu, dan memperbaiki perekonomian masyarakat desa. (cuy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan