SINGKAWANG - Tiga pelajar SMPN 1 Singkawang tenggelam di laut Palm Beach Pasir Panjang, Pak Lotai, Kecamatan Singkawang Selatan, Minggu (7/4) pukul 13.30 WIB usai mengikuti kegiatan paskah bersama rekan-rekannya.
Ketiga pelajar yang diketahui identitasnya yakni Anggel (15) Christian (13) dan Yopi (14) tenggelam sempat bermain di pinggir batu pantai. Peristiwa itu terjadi, saat hujan lebat yang disertai angin yang lumayan kuat. Satu orang tewas dalam peristiwa tragis tersebut, yakni Angel sedangkan dua korban lainnya yakni Christian dan Yopi belum ditemukan.
Informasi yang berhasil dihimpun, sekitar 32 siswa SMPN 1 akan mengikuti kegiatan paskah bersama di Palm Becah (Pak Lotai). Rombongan siswa yang disertai Guru Agama Khatolik, Timotius Tomi dan Guru Kristen, Sarmauli tiba di pantai sekitar pukul 08.30 WIB.
“Sebelumnya kami kumpul di sekolah dan berangkat ke lokasi menggunakan oplet,” kata Guru Agama Khatolik, Timotius Tomi saat ditemui di lokasi kejadian, Minggu (7/4) petang.
Sesampai di lokasi, rombongan ini langsung melaksanakan kegiatan paskah bersama. “Sebelumnya kegiatan kami di atas bebatuan dan diikuti pak pendeta. Tapi karena hujan, jadi kegiatan kami pindahkan ke kantin yang berdekatan dengan kolam renang,” ujarnya.
Setelah kegiatan usai, kata Tomi, pihaknya langsung berkemas-kemas untuk segera pulang. Disaat yang bersamaan ia juga melarang siswa untuk keluar apalagi mandi ke pantai, lantara cuaca saat itu buruk.
“Karena kami tak mau ambil resiko, sambil berdiri di pintu saya melarang dan marahi mereka jika ada yang keluar, karena turun hujan deras dan angin semakin kencang. Karena saya memarahi anak-anak, ada yang bilang gurunya garang sekali,” jelasnya.
Kendati sudah dilarang, lanjut dia, ada siswa yang memang meminta izin keluar hanya untuk melihat-lihat dan tidak mandi di pantai. Namun ia mengaku sama sekali tak melihat ketiga pelajar yang tewas itu keluar dari area kolam renang dan menuju pantai.
“Saya tidak lihat mereka kelar, karena sambil melarang siswa juga sibuk mengenamaskan tempat karena usai digunakan sembahyang,” jelasnya.
Tak lama berselang, terdengar teriak dari orang yang mengatakan jika ada tiga orang pelajar yang tenggelam di laut. Spontan ia panik, dan berlari menuju sumber suara.
“Saya tidak lihat jam, karena dalam kondisi yang panik. Begitu keluar dari area kolam renang, saya melihat satu siswa (Angel.red) sudah diangkat dari laut dengan posisi tubuh terbalik, agar air dari tubuhnya keluar. Padahal mereka sudah dilarang, namun tetap juga ke sana. Saya langsung ke Basarnas, tapi tidak ada orang, akhirnya kami dibantu warga,” jelasnya.
Melihat kondisi itu, Tomi berusaha mencari bantuan ke pos polisi terdekat, namun disayangkan tidak ada petugas di pos tersebut. Ia lantas menghubungi kepolisian tim SAR. Tomi pun berencana, akan menunggu hingga malam sampai mendapat kabar mengenai kedua pelajar yang belum ditemukan.
“Kami akan tetap disini, sebagai bentuk tanggungjawab. Tetapi para siswa sudah kami pulangkan,” kata dia.
Sarmauli, Guru Agama Kristen juga tampak panik akan kejadian tersebut. Dia mengungkapkan, begitu selesai acara di kolam, masih ada waktu satu jam sebelum pulang. Saat itu, pihaknya sedang membersihkan tempat acara dilaksanakan.
“Mereka sudah kita larang ke pantai karena kondisi cuaca sedang tidak bagus, jadi diarahkan mandi di kolam,” cerita Sarmauli.
Lanjut Sarmauli, sambil berlari satu orang siswa mengabarkan jika angel tenggelam. Dari informasi yang diterimanya, nadi angel masih berdenyut meski lemah.
“Seluruh tubuhnya ditekan sambil berusaha mengeluarkan air dari tubuhnya. Perutnya sudah kembang. Begitu ambulan datang langsung membawanya ke Rumah Sakit,” paparnya.
Ditempat terpisah, salah satu siswa, Arbi mengatakan sebelum ketika pelajar itu tewas, ia memang bersama mereka di tepi pantai. Namun ia sempat mengingatkan ketiga adik kelasnya itu agar tidak terlalu jauh bermain di pantai.
“Mereka tetap ke arah batu. Yang ada di atas batu, Chris dan Yopi, sedangkan Angel di pinggir batu,” kata dia.
Sambil berteriak, Abri memperingatkan adik kelasny agar tidak bermain terlalu jauh karena saat itu gelombang sedang tinggi. Tak lama berselang, ia melihat Angel tertarik ombak, dan kedua temannya, berusaha memberi pertolongan.
“Mereka bertiga langsung terjatuh dan terseret ombak, saya langsung berteriak minta tolong,” kata dia.
Ditempat terpisah, Kapolres Singkawang, AKBP Prianto melalui Kasubbag Humas, Iptu Asep S mengatakan informasi yang diterima pihak kepolisian jika saat itu ketiga korban sedang bermain air di tepi pantai. Tiba-tiba datang ombak yang disertai angin yang kuat sehingga menyeret korban ke laut.
Menurut Asep, satu korban sudah berhasil ditemukan namun sudah dalam keadaan tak bernyawa, sekitar pukul 14.30 WIB.
“Korban yang perempuan bernama Angel, sudah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, dua rekannya belum ditemukan Christian dan Yopi,” kata Asep, kepada Pontianak Post. Asep mengatakan jika saat ini polisi berupaya melakukan pencarian bersama warga setempat dan dibantu Sar Brimob.
Sementara itu, Kasat Reksrim Polres Singkawang, AKP Isbullah yang ditemui di lokasi kejadian mengatakan jika pihaknya menerima informasi kejadian itu sekitar pukul 15.00 WIB.
“Informasi yang masuk ke HP saya sekitar pukul 15.00, dan kami langsung mendatangi lokasi kejadian,” kata Isbullah, di TKP.
Menurut Isbullah, kondisi angin kuat dan gelombang yang tinggi, menjadi penghalang untuk mencari kedua pelajar yang masih belum ditemukan. Selain dibantu warga, pencarian juga melibatkan Polsek Selatan, Polres Singkawang, dan Sar Brimob.
“Melihat kondisi seperti ini tentunya Sar juga kesulihat melakukan pencarian,” ucapnya.
Kendati demikian, kata Isbullah, polisi tetap akan berjaga-jaga lokasi kejadian bersama warga untuk mengantisipasi jika jasad kedua pelajar itu ditemukan.
“Belum tahu sampai jam berapa disini, tetapi kita akan tetap menunggu,” kata dia.
Sementara itu, pantauan koran ini di lapangan, kawasan pantai dipadati dengan warga, polisi dan Sar Brimob yang berusaha melakukan pencarian. Beberapa orang tua siswa juga ikut melakukan pencarian. Namun pencarian tidak bisa dilakukan pada malam hari, lantaran tidak adanya cahaya, dan disertai juga dengan angin kuat dan gelombang yang tinggi. Sempat terjadi kehebohan, lantaran salah seorang warga sempat melihat benda yang berbentuk kepala manusia, setelah dicek ternyata itu hanya kelapa.
Pihak sekolah pun sudah menghubungi orang tua korban mengenai insiden tragis yang dialami anak mereka. Salah seorang oran tua siswa yang tenggelam menangis histeris sambil berteriak memanggil nama anaknya. Namun berhasil ditenangkan keluarga korban. Beberapa teman siswa juga menangis, atas nasib tragis yang dialami rekan sekolahnya itu.
Sementara itu, Erik Subaryanto, Koordinator Pos SAR Sintete mengatakan pencarian terhadap kedua pelajar itu akan dilakukan selama satu minggu.
“Sesuai prosedur standar kita lakukan pencarian selama satu minggu,” kata dia. Lebih jauh ia mengimbau masyarakat diimbau untuk sementara tidak beraktivitas di sekitar perairan laut, mengingat ketinggian gelombang saat ini dua hingga tiga meter. (mse)
Ketiga pelajar yang diketahui identitasnya yakni Anggel (15) Christian (13) dan Yopi (14) tenggelam sempat bermain di pinggir batu pantai. Peristiwa itu terjadi, saat hujan lebat yang disertai angin yang lumayan kuat. Satu orang tewas dalam peristiwa tragis tersebut, yakni Angel sedangkan dua korban lainnya yakni Christian dan Yopi belum ditemukan.
Informasi yang berhasil dihimpun, sekitar 32 siswa SMPN 1 akan mengikuti kegiatan paskah bersama di Palm Becah (Pak Lotai). Rombongan siswa yang disertai Guru Agama Khatolik, Timotius Tomi dan Guru Kristen, Sarmauli tiba di pantai sekitar pukul 08.30 WIB.
“Sebelumnya kami kumpul di sekolah dan berangkat ke lokasi menggunakan oplet,” kata Guru Agama Khatolik, Timotius Tomi saat ditemui di lokasi kejadian, Minggu (7/4) petang.
Sesampai di lokasi, rombongan ini langsung melaksanakan kegiatan paskah bersama. “Sebelumnya kegiatan kami di atas bebatuan dan diikuti pak pendeta. Tapi karena hujan, jadi kegiatan kami pindahkan ke kantin yang berdekatan dengan kolam renang,” ujarnya.
Setelah kegiatan usai, kata Tomi, pihaknya langsung berkemas-kemas untuk segera pulang. Disaat yang bersamaan ia juga melarang siswa untuk keluar apalagi mandi ke pantai, lantara cuaca saat itu buruk.
“Karena kami tak mau ambil resiko, sambil berdiri di pintu saya melarang dan marahi mereka jika ada yang keluar, karena turun hujan deras dan angin semakin kencang. Karena saya memarahi anak-anak, ada yang bilang gurunya garang sekali,” jelasnya.
Kendati sudah dilarang, lanjut dia, ada siswa yang memang meminta izin keluar hanya untuk melihat-lihat dan tidak mandi di pantai. Namun ia mengaku sama sekali tak melihat ketiga pelajar yang tewas itu keluar dari area kolam renang dan menuju pantai.
“Saya tidak lihat mereka kelar, karena sambil melarang siswa juga sibuk mengenamaskan tempat karena usai digunakan sembahyang,” jelasnya.
Tak lama berselang, terdengar teriak dari orang yang mengatakan jika ada tiga orang pelajar yang tenggelam di laut. Spontan ia panik, dan berlari menuju sumber suara.
“Saya tidak lihat jam, karena dalam kondisi yang panik. Begitu keluar dari area kolam renang, saya melihat satu siswa (Angel.red) sudah diangkat dari laut dengan posisi tubuh terbalik, agar air dari tubuhnya keluar. Padahal mereka sudah dilarang, namun tetap juga ke sana. Saya langsung ke Basarnas, tapi tidak ada orang, akhirnya kami dibantu warga,” jelasnya.
Melihat kondisi itu, Tomi berusaha mencari bantuan ke pos polisi terdekat, namun disayangkan tidak ada petugas di pos tersebut. Ia lantas menghubungi kepolisian tim SAR. Tomi pun berencana, akan menunggu hingga malam sampai mendapat kabar mengenai kedua pelajar yang belum ditemukan.
“Kami akan tetap disini, sebagai bentuk tanggungjawab. Tetapi para siswa sudah kami pulangkan,” kata dia.
Sarmauli, Guru Agama Kristen juga tampak panik akan kejadian tersebut. Dia mengungkapkan, begitu selesai acara di kolam, masih ada waktu satu jam sebelum pulang. Saat itu, pihaknya sedang membersihkan tempat acara dilaksanakan.
“Mereka sudah kita larang ke pantai karena kondisi cuaca sedang tidak bagus, jadi diarahkan mandi di kolam,” cerita Sarmauli.
Lanjut Sarmauli, sambil berlari satu orang siswa mengabarkan jika angel tenggelam. Dari informasi yang diterimanya, nadi angel masih berdenyut meski lemah.
“Seluruh tubuhnya ditekan sambil berusaha mengeluarkan air dari tubuhnya. Perutnya sudah kembang. Begitu ambulan datang langsung membawanya ke Rumah Sakit,” paparnya.
Ditempat terpisah, salah satu siswa, Arbi mengatakan sebelum ketika pelajar itu tewas, ia memang bersama mereka di tepi pantai. Namun ia sempat mengingatkan ketiga adik kelasnya itu agar tidak terlalu jauh bermain di pantai.
“Mereka tetap ke arah batu. Yang ada di atas batu, Chris dan Yopi, sedangkan Angel di pinggir batu,” kata dia.
Sambil berteriak, Abri memperingatkan adik kelasny agar tidak bermain terlalu jauh karena saat itu gelombang sedang tinggi. Tak lama berselang, ia melihat Angel tertarik ombak, dan kedua temannya, berusaha memberi pertolongan.
“Mereka bertiga langsung terjatuh dan terseret ombak, saya langsung berteriak minta tolong,” kata dia.
Ditempat terpisah, Kapolres Singkawang, AKBP Prianto melalui Kasubbag Humas, Iptu Asep S mengatakan informasi yang diterima pihak kepolisian jika saat itu ketiga korban sedang bermain air di tepi pantai. Tiba-tiba datang ombak yang disertai angin yang kuat sehingga menyeret korban ke laut.
Menurut Asep, satu korban sudah berhasil ditemukan namun sudah dalam keadaan tak bernyawa, sekitar pukul 14.30 WIB.
“Korban yang perempuan bernama Angel, sudah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, dua rekannya belum ditemukan Christian dan Yopi,” kata Asep, kepada Pontianak Post. Asep mengatakan jika saat ini polisi berupaya melakukan pencarian bersama warga setempat dan dibantu Sar Brimob.
Sementara itu, Kasat Reksrim Polres Singkawang, AKP Isbullah yang ditemui di lokasi kejadian mengatakan jika pihaknya menerima informasi kejadian itu sekitar pukul 15.00 WIB.
“Informasi yang masuk ke HP saya sekitar pukul 15.00, dan kami langsung mendatangi lokasi kejadian,” kata Isbullah, di TKP.
Menurut Isbullah, kondisi angin kuat dan gelombang yang tinggi, menjadi penghalang untuk mencari kedua pelajar yang masih belum ditemukan. Selain dibantu warga, pencarian juga melibatkan Polsek Selatan, Polres Singkawang, dan Sar Brimob.
“Melihat kondisi seperti ini tentunya Sar juga kesulihat melakukan pencarian,” ucapnya.
Kendati demikian, kata Isbullah, polisi tetap akan berjaga-jaga lokasi kejadian bersama warga untuk mengantisipasi jika jasad kedua pelajar itu ditemukan.
“Belum tahu sampai jam berapa disini, tetapi kita akan tetap menunggu,” kata dia.
Sementara itu, pantauan koran ini di lapangan, kawasan pantai dipadati dengan warga, polisi dan Sar Brimob yang berusaha melakukan pencarian. Beberapa orang tua siswa juga ikut melakukan pencarian. Namun pencarian tidak bisa dilakukan pada malam hari, lantaran tidak adanya cahaya, dan disertai juga dengan angin kuat dan gelombang yang tinggi. Sempat terjadi kehebohan, lantaran salah seorang warga sempat melihat benda yang berbentuk kepala manusia, setelah dicek ternyata itu hanya kelapa.
Pihak sekolah pun sudah menghubungi orang tua korban mengenai insiden tragis yang dialami anak mereka. Salah seorang oran tua siswa yang tenggelam menangis histeris sambil berteriak memanggil nama anaknya. Namun berhasil ditenangkan keluarga korban. Beberapa teman siswa juga menangis, atas nasib tragis yang dialami rekan sekolahnya itu.
Sementara itu, Erik Subaryanto, Koordinator Pos SAR Sintete mengatakan pencarian terhadap kedua pelajar itu akan dilakukan selama satu minggu.
“Sesuai prosedur standar kita lakukan pencarian selama satu minggu,” kata dia. Lebih jauh ia mengimbau masyarakat diimbau untuk sementara tidak beraktivitas di sekitar perairan laut, mengingat ketinggian gelombang saat ini dua hingga tiga meter. (mse)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beredar, Foto Mesra Oknum Anggota DPRD
Redaktur : Tim Redaksi