jpnn.com, ANKARA - Kementerian Luar Negeri Turki mengutuk tindakan provokatif Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir terhadap Masjid Al Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur.
"Kami prihatin dan mengutuk tindakan provokatif Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir terhadap Masjid Al Aqsa di bawah perlindungan polisi Israel," kata pernyataan Kemlu Turki pada Selasa.
BACA JUGA: 8 Bungkus Kokain Berbendera Israel Ditemukan di Pulau Jemaja
Menteri sayap kanan Israel itu memasuki kompleks Masjid Al Aqsa pada Selasa pagi, sehari setelah dia mengumumkan dia menunda kunjungan itu karena adanya peringatan tentang kerusuhan.
Turki menyerukan Israel untuk bertindak secara bertanggung jawab untuk mencegah provokasi yang akan melanggar status dan kesucian situs keagamaan di Yerusalem dan menyebabkan eskalasi di wilayah tersebut.
BACA JUGA: Aksi Menteri Israel di Al-Aqsa Keterlaluan, Eks PM Pun Ikut Mengecam
Selain itu, kunjungan Ben-Gvir tersebut dikecam secara besar-besaran oleh warga Palestina yang menganggap kunjungan itu sebagai provokasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Bagi umat Islam, Al Aqsa adalah tempat paling suci ketiga di dunia setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Arab Saudi.
BACA JUGA: Ogah Jadi Bawahan Netanyahu, Pejabat Israel Mengundurkan Diri
Orang Yahudi menyebut kompleks Masjid Al Aqsa sebagai Temple Mount (Bukit Bait Suci) karena dua kuil Yahudi berada di sana sejak zaman kuno.
Ben-Gvir berpegang pada pandangan sayap kanan tentang warga Palestina dan menyerukan pengusiran mereka.
Dia telah berulang kali bergabung dengan para pemukim Israel untuk menyerbu Masjid Al Aqsa.
Politikus sayap kanan itu juga menyebabkan gelombang eskalasi di kota pendudukan itu setelah dia mendirikan kantor di lingkungan Sheikh Jarrah.
Pada November 2022, Presiden Israel Isaac Herzog memperingatkan dalam rekaman audio yang bocor bahwa seluruh dunia prihatin tentang pandangan ekstremis Ben-Gvir.
Israel menduduki Yerusalem Timur, di mana Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel pada 1967.
Negara Yahudi itu kemudian mencaplok seluruh kota pada 1980, sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif