jpnn.com, DENPASAR - Bencana bisa datang kapan saja tanpa memberi tahu terlebih dahulu. Baik yang disebabkan oleh alam maupun oleh manusia dalam bentuk serangan kita wajib mewaspadainya.
Pada Selasa (30/5) kemarin yang bertempat di lapangan Puputan margarana, Niti Mandala Renon Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali bekerja sama dengan National Critical Care and Trauma Response Center (NCCTRC) Australia melaksanakan pelatihan Major Incident and Medical Management Suport (MIMMS) bagi seluruh pasukan yang terlibat dalam penanganan bencana yang menelan korban jiwa.
BACA JUGA: Koarmatim Siapkan Pasukan Penanggulangan Bencana Alam
Koordinator Kerja Sama Regional NCCTRC, dr Brown menyatakan kegiatan ini menyasar seluruh tenaga yang memiliki kepentingan dalam penanganan bencana. Karenanya dalam pelatihan kali ini melibatkan BPBD Kabupeten/Kota, Tenaga Medis Rumas Sakit yang berada di kawasan Sarbagita, PMI, TNI, dan Polri.
“Pentingnya pelatihan ini untuk memanajemen penanganan bencana yang terjadi di suatu daerah agar terkoordinasi,” jelasnya seperti dilansir Bali Express (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: Ketahuilah, Ada 4 Tahapan Penanggulangan Bencana
Pihaknya juga menekankan dilaksanakannya pelatihan ini bukan berarti penagangan bencana kurang baik, melainkan memberikan pemahaman manejemen agar penangannya menjadi tepat sasaran. Kegiatan ini juga dilaksanakan di beberapa negara yakni Selandia Baru, Kamboja, Indonesia, dan lainnya.
“Tentu ini tidak ada kaitannya dengan keberadaan orang Australia, melainkan untuk meningkatkan hubungan baik antar negara,” imbuhnya.
BACA JUGA: 4 Siklus Penanggulangan Bencana yang Perlu Diketahui
Sementara, Kepala BPBD Provinsi Bali, I Dewa Made Indra sangat mengapresiasi jalannya kegiatan ini. kegiatan yang melibatkan peserta sekitar 25 orang dan 13 Instruktur yang berasal dari Australia ini merupakan pembelajaran penting dalam penanganan bencana, khususnya yang disebabkan oleh manusia dalam hal ini teroroisme.
Perlu diketahui bahwa Bali pernah diguncang Bom Bali 1 pada tahun 2002 dan Bom Bali 2 pada tahun 2005. Kondisi ini perlu menjadi pembelajaran terkait penanganan korban khususnya Major Inciden Scenario yakni kejadian besar yang telah direncanakan.
“Besar harapan kedepannya tenaga medis di Bali lebih mampu memanajemen ketika terjadinya bencana yang telah direncanakan manusia agar penanganan terhadap korban lebih efektif dan tepat sasaran,” jelasnya.
Salah satu peserta, Eko Wardani mengaku mendapatkan banyak manfaat setelah mengikuti pemahaman teori dan praktik langsung di lapangan. Pihaknya juga tak menyanggah bahwa praktik tak seindah teori yang dijabarkan.
Pemahaman tentang bagaimana kita memanajeman penanganan suatu kejadian adalah hal baru yang diperoleh dalam pelatihan ini. Beberapa di antaranya yakni pasien yang mengalami luka seperti apa yang menjadi prioritas penanganan, mengatur ambulans, dan menyiapkan pelayanan terhadap korban yang telah ditangani.
”Jadi poin pentingnya adalah manajeman terhadap penanganan korban. Kalau dulu ilmu ini belum ada, sehingga penanganan masih belum terkoordinasi. Hal inilah yang menyebabkan kurang maksimalnya penanganan,” pungkasnya.(gus)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prajurit Satlinlamil Jakarta Latihan Siaga Bencana
Redaktur & Reporter : Friederich