jpnn.com, THAILAND - Air dan waktu adalah musuh terbesar untuk menyelamatkan tim sepak bola junior Moo Pa yang terjebak di kompleks Gua Tham Luang sejak dua pekan lalu. Persediaan oksigen kian tipis dan hujan deras segera turun.
Operasi penyelamatan sendiri sudah terbukti sangat berbahaya. Jumat (6/7) lalu, seorang relawan penyelamat kehilangan nyawa saat bertugas.
BACA JUGA: PKS: Jangan Ada Kompromi dengan Israel
Relawan itu adalah Saman Kunan, mantan anggota Navy Seal Thailand. Dia tewas kehabisan oksigen ketika memasang tangki udara di jalur penyelamatan.
Musim hujan yang mulai datang, faktor psikologis, menipisnya oksigen di dalam gua, dan beberapa faktor yang lain adalah risiko penyelamatan.
BACA JUGA: Bengis ke Bandar Narkoba, Duterte Takut Melawan Tiongkok
Tim penyelamat kini sedang menghitung, peluang evakuasi mana yang paling baik dan minim risiko.
Opsi untuk mengeluarkan anak-anak tersebut dari atas sebenarnya menjadi pilihan terbaik. Hingga kini, sudah ada lebih dari 100 lubang yang digali.
BACA JUGA: Masuk Penjara karena Tak Perawan, Setelah Bebas Dikucilkan
Tetapi, karena keterbatasan teknologi, tim penggali tak tahu lubang mana yang paling dekat dengan para korban.
Elon Musk memberikan harapan. CEO SpaceX dan Tesla itu sebelumnya mencuit bahwa dia menawarkan bantuan berupa baterai untuk membantu proses memompa air dari dalam gua agar lebih kuat.
Dia juga punya tabung dari serat nilon untuk evakuasi. Plus teknologi mutakhir pengeboran gua. Dia juga menambahkan bahwa tabung mengapung dengan kunci udara juga dibuat.
Tapi, rupanya, kecil kemungkinan tabung tersebut digunakan. Sebab, medan penyelamatan sulit. Hingga kini, pemerintah Thailand belum menginformasikan secara resmi tentang bantuan dari Musk. Tim penyelamat masih berkutat untuk menyedot air keluar dari gua.
Agar tak ada tambahan air, ada tim lain yang diterjunkan untuk menutup aliran-aliran air menuju gua. Pencarian lubang air tersebut sulit. Sebab, banyak yang tersembunyi di sela-sela bebatuan dan dedaunan.
Opsi yang sangat mungkin bakal diambil ialah mengevakuasi anak-anak itu sesegera mungkin sebelum hujan deras kembali datang.
’’Tiga atau empat hari ke depan adalah waktu terbaik dan paling ideal untuk operasi penyelamatan,’’ ujar Kepala Tim Penyelamat Narongsak Osottanakorn.
Mantan gubernur Provinsi Chiang Rai itu menegaskan bahwa saat ini kadar udara, level ketinggian air, serta kesehatan 12 anak tersebut dan pelatihnya dalam kondisi bagus.
Tetapi, mereka harus melakukannya dengan cepat. Jika hujan kembali datang, seluruh rencana bisa buyar. Penyelam profesional dari Inggris, Australia, serta beberapa negara Eropa dan Asia ikut bergabung.
Instruktur selam asal Denmark Ivan Katadzic menegaskan bahwa keyakinannya meningkat dua kali lipat setelah dia menyelam Jumat (6/7) untuk mengirimkan tabung oksigen. Sebab, ketinggian air telah turun cukup signifikan.
Katadzic tak menyelam di kilomter terakhir, tempat para bocah tersebut ditemukan. Di sekitar tempat itu ada cekungan paling berbahaya.
Sebab, tabung oksigen tak bisa dipakai. Harus dibawa di depan penyelam karena lokasinya yang sempit. Di area itu, air juga mengandung lumpur dan menghalangi pandangan.
Jika nanti anak-anak itu dievakuasi, mereka satu per satu akan didampingi oleh penyelam profesional.
Butuh usaha ektra untuk membawa seorang anak yang baru belajar menyelam keluar dari gua tersebut. Sebab, penyelam profesional saja yang berangkat sendiri butuh waktu 5 jam.
Tim penyelamat juga mempertimbangkan opsi untuk membiarkan anak-anak itu di dalam gua hingga musim hujan berhenti sekitar akhir Oktober nanti. Mereka akan dikirimi makanan dan suplai oksigen.
Tetapi, opsi itu bakal berimbas kepada psikologis para korban. Berada di bawah tanah selama berbulan-bulan tentu bukan hal yang menyenangkan. Terlebih mereka adalah anak-anak yang berusia belasan tahun. (sha/c4/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cucu Balita Najib Terkena Imbas Penyidikan KPK Malaysia
Redaktur & Reporter : Adil