Bertemu Ketua Parlemen Thailand, Mendag Zulkifli Hasan Dorong Harga Karet Menguat

Minggu, 13 Agustus 2023 – 05:57 WIB
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menerima kunjungan Ketua Parlemen Thailand Wan Muhammad Noor Matha di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (10/8). Foto: dokumentasi Humas Kemendag

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menerima kunjungan Ketua Parlemen Thailand Wan Muhammad Noor Matha di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (10/8). 

Dalam pertemuan bilateral itu, Mendag Zulkifli Hasan menyampaikan beberapa hal.

BACA JUGA: Orang Muda Ganjar Serap Aspirasi dan Beri Bantuan kepada Petani Karet

Salah satunya mengenai pentingnya peningkatan kerja sama sektor perdagangan karet mengingat Thailand dan Indonesia merupakan produsen karet terbesar nomor satu dan dua dunia.

"Thailand dan Indonesia merupakan produsen utama karet dunia yang menghadapi situasi dan kondisi yang kurang lebih sama akibat harga karet alam dunia yang terus berfluktuasi selama 10 tahun terakhir," kata Zulkifli Hasan dikutip JPNN.com, Minggu (13/8).

BACA JUGA: Petani Karet Milenial Sumut Dukung Firli Bahuri Maju di Pilpres 2024

Dalam kesempatan tersebut, pria yang akrab disapa Zulhas itu menyoroti dinamika harga karet dunia yang terus menurun per 9 Agustus 2023 mencapai USD 1,3 per kg.

Hal itu terjadi lantaran kondisi pasar karet dunia yang mengalami penurunan produksi, salah satunya akibat penyakit gugur daun sehingga belum mampu mendorong harga ke tingkat yang remuneratif. 

Menurutnya, selain penurunan harga, tekanan dari konsumen terus berlanjut, terutama dengan pemberlakuan kebijakan European Union Deforestation-free Regulation (EUDR) dari Uni Eropa yang berpotensi turut mempengaruhi perdagangan karet alam.   

Zulhas menyebutkan pertemuan bilateral ini menjadi momentum untuk menguatkan Indonesia dan Thailand khususnya dalam mengatasi tantangan dan meningkatkan harga karet. 

Dia menyebutkan rendahnya harga karet akan berdampak terhadap ketersediaan karet alam di masa depan karena mendorong petani karet untuk alih komoditas.

Dia menyebutkan saat ini harga karet yang terlalu rendah akan menurunkan kesejahteraan petani dan jika hal ini terjadi secara berlarut dikhawatirkan sektor komoditas karet akan ditinggalkan.

"Untuk itu, kolaborasi negara-negara produsen karet terbesar, Thailand, Indonesia, dan Malaysia yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) diperlukan. Untuk memperkuat posisi, ITRC menggandeng negara eksportir karet lain seperti Vietnam dan Filipina, bersama memperjuangkan peningkatan harga karet," tutur Zulhas.

Dia menyebutkan bersama Thailand, dan Malaysia, Indonesia bergabung dalam kerja sama ITRC yang memiliki kontribusi 58 persen dari produksi karet alam dunia. 

ITRC berkomitmen menjaga stabilitas harga karet alam di tingkat yang menguntungkan bagi petani serta menjaga permintaan dan penawaran karet alam dunia.  

Tak hanya itu ITRC secara konsisten telah menerapkan instrumen, baik Supply Management Scheme (SMS) dalam pengendalian pasok karet alam global dalam jangka panjang, Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) dalam menjaga keseimbangan supply-demand karet jangka pendek di pasar global, maupun instrumen Demand Promotion Scheme (DPS) dalam upaya meningkatkan konsumsi karet alam domestik.  

Pada 2022, Indonesia merupakan negara penghasil karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand dengan pangsa pasar 21,57 persen.

Indonesia mengekspor karet alam ke dunia tercatat sebesar USD 3,66 juta, turun 11,35 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 4,12 juta. 

Dalam lima tahun terakhir (2018—2022) ekspor karet alam Indonesia terus mengalami penurunan dengan tren sebesar 1,4 persen.(mcr8/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler