jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah China menyatakan ikut memperhatikan kudeta militer di Myanmar dan berharap semua pihak dapat mengelola perbedaan dengan baik sesuai konstitusi, dan menegakkan stabilitas.
"Kami telah mencatat apa yang terjadi di Myanmar dan sedang dalam proses memahami lebih lanjut situasinya," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada pengarahan pers harian di Beijing, Senin (1/2).
BACA JUGA: Dicekal AS, 90 Perusahaan Teknologi China Bersatu
"China adalah tetangga yang bersahabat bagi Myanmar. Kami berharap semua pihak di Myanmar dapat menangani perbedaan mereka dengan tepat di bawah konstitusi dan kerangka hukum, serta menjaga stabilitas politik dan sosial," ujar Wang menambahkan.
Saat berkunjung ke Myanmar pada 13 Januari lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu dengan kepala militer Min Aung Hlaing, yang sekarang telah mengambil alih kekuasaan.
BACA JUGA: China Janjikan Vaksin COVID Gratis dan Dukungan Militer kepada Negara ASEAN Ini
Ketika ditanya apakah Menlu Wang Yi ketika itu melihat isyarat akan ada kudeta di Myanmar, juru bicara Wang hanya mengulangi pernyataan sebelumnya.
China telah lama memainkan peran penting di Myanmar, yang dulu bernama Burma, serta berdiri di samping negara tersebut selama masa pemerintahan sebelumnya yang dipimpin militer, tetapi juga bekerja sama dengan Aung San Suu Kyi ketika dia menjadi pemimpin.
BACA JUGA: Tiongkok Makin Kelewatan di Laut China Selatan, Blinken Pastikan Amerika Selalu Bersama ASEAN
Sang peraih hadiah Nobel, Suu Kyi, ditangkap bersama para pemimpin lain partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang ia pimpin dalam penggerebekan pada Senin dini hari.
China memiliki kepentingan ekonomi strategis di Myanmar. Jaringan pipa minyak dan gas utama Negeri Tirai Bambu mengalir melalui wilayah Myanmar.
China juga mendorong Koridor Ekonomi China-Myanmar, sebuah jaringan transportasi dan proyek lain yang melewati daerah tempat faksi etnis minoritas sering bertempur satu sama lain serta melawan pasukan pemerintah.
Pertempuran di timur laut Myanmar terkadang membuat para pengungsi lari menyelamatkan diri dari perbatasan ke China, yang memicu kemarahan Beijing. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil