jpnn.com, JAKARTA - Data hasil validasi dari Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Surabaya untuk 42 sample swab yang dikirim oleh Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat (Lab Biokesmas) Provinsi NTT angkanya mencapai 99 % akurat.
Hasil ini baru diterima Selasa pagi (2/11/2020), dan disampaikan oleh Dr. Fima Inabuy dalam rapat bersama Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Undana, dan Forum Academia NTT.
BACA JUGA: Kemenhub Serahkan Donasi Rp 2 Miliar untuk Air Bersih dan 100 Sepeda di NTT
Menurut Dr. Inabuy, perbedaan hasil validasi 1% terjadi karena ada satu spesimen yang hasilnya berbeda antara swab hari pertama dan swab hari ke-dua.
Sesungguhnya perbedaan ini pun terdeteksi dalam pemeriksaan pool oleh Lab Biokesmas, dimana ada satu sampel yang menunjukkan hasil berbeda di dua hari pengambilan swab.
BACA JUGA: Ansy Lema: KLHK Harus Mengawal Konservasi TNK, Bukan Pemberi Izin
Dalam proses validasi ini, menurut Inabuy, prinsipnya Lab Biokesmas melakukan pemeriksaan sejumlah sampel dengan metode pooled- qPCR, yang kemudian dicross-check dengan tes individual- qPCR oleh Lab RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes dan Lab BBTKL Surabaya.
Segera Beroperasi
BACA JUGA: Gubernur Nurdin Umumkan Kenaikan UMP Sulawesi Selatan, Berlaku Mulai 1 Januari 2021
Berdasarkan nilai akurasi yang tinggi ini maka Lab Biokesmas dapat segera beroperasi. Tes massal perdana akan dilakukan di Kota Kupang, Rabu (4/11/2020) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Kupang.
“Dengan hasil ini, keyakinan kami terbukti, bahwa pool test yang kami lakukan di level surveillance ketika dites secara individual pun hasilnya sama,” kata Dr. Fima Inabuy, Ketua Tim Pool Test Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT.
Berkaitan dengan pelaksanaan pool test persiapan teknis administrasi perlu dilakukan. “Kuncinya ada di pengelompokan sampel yang tepat berdasarkan Penelusuran Epidemiologi (PE) di lapangan, karena itu pengisian form PE secara lengkap akan sangat membantu proses pool-test,” kata Inabuy.
Dengan meningkatnya angka transmisi lokal dan angka kematian di Provinsi NTT, maka upaya untuk mempercepat angka tes menjadi syarat mutlak untuk mendata penyebaran Covid-19. Jumlah kasus positif dan angka kematian akibat Covid-19 di NTT terus bertambah di Kota Kupang.
“Hingga tanggal 2 November 2020 total kasus konfirmasi positif Covid-19 di NTT sebanyak 694 orang, saat ini ada 184 orang yang masih dalam perawatan (27%), sudah 502 orang sembuh (72%) dan 8 meninggal (1.2%),” kata PLT Kadinkes Provinsi NTT, David Mandala.
“Selama bulan Oktober terjadi kenaikan kasus dibanding bulan September 2020, total kasus konfirmasi positif Covid-19 NTT sebesar 263, lebih tinggi 14 kasus dibanding kasus September 2020 (249) atau naik 6%,” kata David menambahkan.
Dari data yang dikumpulkan Tim Covid-19 Dinas Kesehatan Provinsi NTT, total kasus yang berasal dari transmisi lokal sebanyak 262 (38%), tertinggi di NTT, diikuti kasus dari klaster “kelompok” (sebanyak 251 orang atau 36%), pelaku perjalanan (160 orang atau 23%) dan klaster lain-lain (21 orang atau 3%).
Persiapan Pool Test
Secara umum persiapan pool test yang dilakukan sejak bulan Mei 2020 kini sudah berbuah hasil. Tim kerja yang solid yang melibatkan berbagai instansi pemerintah maupun relawan sudah siap beroperasi. Meskipun hingga saat ini tim pool test yang dibentuk dengan SK Gubernur sudah bekerja tanpa upah, bahkan seringkali harus mencari dana swadaya untuk tetap terlibat, para laboran maupun anggota tim pool test tetap semangat.
“Yang penting kami bisa menyumbangkan tenaga untuk mencegah penyebaran Covid-19 secara meluas, sedangkan urusan upah biarlah itu menjadi pengorbanan kami,” kata Lintang, salah seorang laboran yang sudah bekerja sejak bulan Juni 2020.
Kondisi tanpa dana juga dikeluhkan sejumlah petugas medis yang menangani contact tracing di lapangan, khususnya di Kota Kupang. Para petugas kesehatan mengeluhkan minimnya dukungan untuk mereka ketika melakukan pelacakan orang-orang yang mempunyai kontak erat.
“Seharusnya pemerintah serius memperhatikan kesejahteraan dan kebutuhan para tenaga kesehatan yang sudah mendedikasikan diri untuk melacak kontak yang positif, dan ini amat terkait dengan test massal yang bertujuan untuk memantau dan menjalankan fungsi pengawasan (surveillance),” kata Elcid Li, moderator Forum Academia NTT.
Menurutnya para pembuat kebijakan, baik di level provinsi maupun kota/kabupaten perlu mengalokasikan dana secara khusus bagi para tenaga kesehatan yang bekerja secara spartan di lapangan untuk melindungi warga.
Elcid berharap agar langkah pengawasan dengan menggunakan metode test massal dapat menjadi langkah strategis untuk memutus rantai penyebaran.
“Bagaimana mungkin para petugas penelusuran kontak harus membeli pulsa sendiri, untuk melacak para kontak erat?” tanya Elcid Li.
“Dengan kerjasama semua pihak kita bisa saling bantu untuk meringankan beban, para warga yang di-identifikasi positif perlu didukung selama masa isolasi, terutama untuk warga yang bekerja di sektor informal atau pekerja dengan upah harian. Kita butuh solidaritas yang kuat agar sistem tes massal bisa berkontribusi untuk pencegahan penyebaran secara maksimal,” kata Elcid.
Menurutnya, stigma yang berlebihan terhadap pasien yang positif, tanpa diikuti dengan solidaritas warga akan semakin membuat orang enggan untuk dites, dan penyebaran Covid-19 akan semakin sulit dikontrol.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich