JAKARTA - Tingginya inflasi di awal tahun serta ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi, mulai memantik bank untuk menaikkan suku bunga. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, BI sudah menerima laporan terkait adanya beberapa bank yang sudah menaikkan suku bunga.
Perry mengatakan, perbankan seharusnya tidak perlu mengambil langkah tersebut. "Sebetulnya, ini sesuatu yang tak perlu terjadi," ujarnya Senin (27/5).
Perry mengakui, pelaku perbankan memang berupaya mengantisipasi laju inflasi terkait rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun, dia menyarankan agar mereka tidak tergesa-gesa menaikkan suku bunga. "Sebab, (rencana kenaikan BBM) ini masih didisukusikan di DPR," katanya.
Sebagaimana diketahui, pada Mei ini beberapa bank terlihat sudah mulai menaikkan suku bunga simpanan. Misalnya, Bank Central Asia (BCA) yang sebelumnya mematok suku bunga deposito di kisaran 3,75 - 4,0 persen, kini sudah naik ke kisaran 4,5 - 5,0 persen.
Selain itu, Bank Danamon juga mulai gencar menawarkan produk tabungan dengan suku bunga hingga 5,0 persen. Untuk menjaga margin, kenaikan suku bunga simpanan ini biasanya juga akan disertai penambahan suku bunga kredit.
Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, pelaku usaha perbankan kini memang mengantisipasi potensi naiknya suku bunga acuan atau BI Rate akibat tingginya inflasi. "Posisi likuiditas juga berperan penting. Kalau bank merasa likuiditasnya menipis, pasti suku bunga simpanan akan naik dan biasanya diikuti kenaikan suku bunga pinjaman," ucapnya.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini pihaknya masih mencermati situasi terkini terkait rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun dari sisi likuiditas, bank dengan aset terbesar di Indonesia ini masih merasa cukup kuat. "Jadi, kalau soal (menaikkan) suku bunga, saat ini masih dikaji dulu," katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan, pelaku usaha perbankan meyakini bahwa tingginya inflasi dalam tiga bulan awal 2013 sudah menjadi alasan kuat bagi BI untuk menaikkan suku bunga acuan. Namun, nyatanya BI tetap mempertahankan BI Rate di level 5,75 persen sejak Februari 2012.
Bagaimana tanggapan Gubernur BI yang baru, Agus Martowardojo? Menurut dia, dalam beberapa tahun terakhir ini BI sudah menerapkan sistem bauran kebijakan. Sehingga, respons terhadap situasi pasar tidak hanya dilakukan melalui penyesuaian BI Rate. "Misalnya, kita coba dulu dengan kebijakan makro prudensial," ucapnya.
Meski demikian, lanjut Agus, bank sentral tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan BI Rate jika memang kenaikan harga BBM bersubsidi akan mendorong lonjakan inflasi. "Jika diperlukan (penyesuaian BI Rate), tentu akan kami lakukan," katanya. (owi/sof)
Perry mengatakan, perbankan seharusnya tidak perlu mengambil langkah tersebut. "Sebetulnya, ini sesuatu yang tak perlu terjadi," ujarnya Senin (27/5).
Perry mengakui, pelaku perbankan memang berupaya mengantisipasi laju inflasi terkait rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun, dia menyarankan agar mereka tidak tergesa-gesa menaikkan suku bunga. "Sebab, (rencana kenaikan BBM) ini masih didisukusikan di DPR," katanya.
Sebagaimana diketahui, pada Mei ini beberapa bank terlihat sudah mulai menaikkan suku bunga simpanan. Misalnya, Bank Central Asia (BCA) yang sebelumnya mematok suku bunga deposito di kisaran 3,75 - 4,0 persen, kini sudah naik ke kisaran 4,5 - 5,0 persen.
Selain itu, Bank Danamon juga mulai gencar menawarkan produk tabungan dengan suku bunga hingga 5,0 persen. Untuk menjaga margin, kenaikan suku bunga simpanan ini biasanya juga akan disertai penambahan suku bunga kredit.
Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, pelaku usaha perbankan kini memang mengantisipasi potensi naiknya suku bunga acuan atau BI Rate akibat tingginya inflasi. "Posisi likuiditas juga berperan penting. Kalau bank merasa likuiditasnya menipis, pasti suku bunga simpanan akan naik dan biasanya diikuti kenaikan suku bunga pinjaman," ucapnya.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini pihaknya masih mencermati situasi terkini terkait rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun dari sisi likuiditas, bank dengan aset terbesar di Indonesia ini masih merasa cukup kuat. "Jadi, kalau soal (menaikkan) suku bunga, saat ini masih dikaji dulu," katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan, pelaku usaha perbankan meyakini bahwa tingginya inflasi dalam tiga bulan awal 2013 sudah menjadi alasan kuat bagi BI untuk menaikkan suku bunga acuan. Namun, nyatanya BI tetap mempertahankan BI Rate di level 5,75 persen sejak Februari 2012.
Bagaimana tanggapan Gubernur BI yang baru, Agus Martowardojo? Menurut dia, dalam beberapa tahun terakhir ini BI sudah menerapkan sistem bauran kebijakan. Sehingga, respons terhadap situasi pasar tidak hanya dilakukan melalui penyesuaian BI Rate. "Misalnya, kita coba dulu dengan kebijakan makro prudensial," ucapnya.
Meski demikian, lanjut Agus, bank sentral tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan BI Rate jika memang kenaikan harga BBM bersubsidi akan mendorong lonjakan inflasi. "Jika diperlukan (penyesuaian BI Rate), tentu akan kami lakukan," katanya. (owi/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bangun 1.000 SPDN Untuk Nelayan
Redaktur : Tim Redaksi