Menurut Ina Primiana, anggota Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3EI) Kadin, biaya logistik di Indonesia terbilang sangat tinggi ketimbang Malaysia yang hanya 15 persen, ataupun Amerika dan Jepang yang masing-masing 10 persen.Biaya logistik itu terbagi dalam biaya penyimpanan sebesar Rp 546 triliun, biaya transportasi Rp 1.092 triliun, dan biaya administrasi Rp 182 triliun.
“Selain biaya yang sangat tinggi, mutu pelayanan logistik di Indonesia juga buruk, seperti waktu jeda di Indonesia untuk barang-barang impor tersebut mencapai 5,5 hari, dan biaya angkut yang mahal,” kata Ina di Jakarta.
Kondisi itu ditambah dengan prasarana logistik yang masih konvensional seperti jalan, pelabuhan, dan hubungan antar moda. Juga belum terbangunnya konektivitas antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, serta pengiriman kontainer ke daerah jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan mengirim kontainer ke luar negeri.
“Indonesia merupakan negara kepulauan, namun sebagian besar prasarana berada di darat dan bukan mendukung keterkaitan antarpulau atau logistik pantai,” katanya.
Ia menyebut biaya bongkar muat di pelabuhan itu tergolong tinggi, apalagi akses jalan dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok selalu macet dan tidak pernah terselesaikan. Akibatnya, sangat sulit bagi perusahaan angkutan barang mengoptimalkan perputaran kendaraannya.
Biaya yang timbul di terminal-terminal lingkungan Pelabuhan Tanjung Priok, biaya resmi saat ini sangat mahal dan meningkat yang berkisar antara 200-500 persen, dan juga biaya tidak resmi yang harus dikeluarkan pada setiap proses muat barang.
Teknologi informasi dan komunikasi juga menjadi permasalahan dalam proses pemantauan arus barang. Selain itu juga regulasi logistik yang tidak terpadu, banyaknya dokumen yang harus dipersiapkan, armada yang tidak layak, serta kompetensi SDM yang rendah. Nah, menurut dia, guna menggenjot daya saing, sudah semestinya dilakukan pembenahan di sisi infrastruktur dan konektivitas seperti, infrastruktur fisik, koordinasi antar institusi dan juga dari masyarakat ke masyarakat.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik, Natsir Mansyur menambahkan, pemicu biaya logistik melambung yakni sistem bongkar muat kapal untuk komoditas yang masih konvensional atau sistem curah. Untuk itu, pihaknya mengusulkan diperlukan packing plant (tempat pengepakan) supaya biaya bisa ditekan. Menututnya, dengan sistem packing plant, biaya komoditas bisa ditekan hingga 50 persen. (lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... JK Pastikan Hadiri Rembuk BUMN
Redaktur : Tim Redaksi