Biaya Pelayaran Kontainer Hanya Bagian Kecil dari Logistik, Terbesar di Darat

Rabu, 03 November 2021 – 23:22 WIB
Petugas Bea Cukai memeriksa kontainer berisi produk ekspor. Foto: Humas Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat kemaritiman dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Saut Gurning menilai penyesuaian biaya pengangkutan kontainer (freight) domestik masih wajar dan sangat dibutuhkan oleh pelaku usaha pelayaran.

Selain faktor naiknya biaya solar hingga lebih dari dua kali lipat sejak pertengahan tahun ini, perusahaan pelayaran juga masih harus menata kembali bisnisnya akibat dampak pandemi.

BACA JUGA: Sepupuan Sama Vincent Verhaag, Celine Evangelista kok gak Diundang ke Pernikahannya dengan Jedar?

"Biaya pelayaran kontainer itu hanya bagian kecil dari total biaya logistik. Hanya sekitar 15-20 persen, sementara komponen biaya terbesar justru ada di darat, hingga 50 persen," ujar Saut.

Menurut Saut, industri pelayaran domestik memiliki peran strategis dalam sistem logistik nasional mengingat wilayah Indonesia adalah kepulauan.

BACA JUGA: Ajak Warga Bangkit dari Pandemi, Pupuk Kaltim Kebut Vaksinasi Covid-19 di Bontang

Penyesuaian freight domestik juga menjadi bagian dari upaya pemulihan  industri pelayaran tersebut.

Pasalnya perusahaan pelayaran memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghadapi dampak pandemi yang luarbiasa besar.

BACA JUGA: Menteri Erick: Kolaborasi SIG & Kementerian PUPR jadi Contoh Bagi Perusahaan BUMN

Dia mencontohkan freight ekspor-impor yang naik ratusan bahkan ribuan persen, tergantung negara tujuan. Sementara di dalam negeri, perusahaan pelayaran praktis tidak banyak melakukan penyesuaian harga mengingat situasi ekonomi Indonesia yang menurun tajam.  Dampaknya, proses pemulihan sektor pelayaran pun menjadi tidak mudah.

"Lebih dari setahun ini perusahaan pelayaran domestik dituntut mampu bertahan menghadapi pandemi. Salah satunya adalah tidak menaikkan freight antar pulau. Jadi perusahaan pelayaran domestik itu sudah banyak berkorban selama pandemi ini. Kalau sekarang mereka melakukan penyesuaian freight ke beberapa pelabuhan tujuan, itu masih bisa dipahami," ujarnya.

Menurut Saut, efisiensi logistik sesungguhnya masih terbuka untuk dilakukan. Kuncinya adalah memangkas biaya-biaya logistik di darat.

Dia mencontohkan banyaknya komponen biaya sejak barang diangkut dari tempat pemilik barang menuju pelabuhan hingga sampai ke lokasi tujuan.

“Efisiensi bisa dilakukan melalui standarisasi SOP menuju pelabuhan, digitalisasi layanan, integrasi pelabuhan hingga service excellent sebagai standar layanan logistik. Jika biaya-biaya di darat bisa lebih efisien, tentunya akan berdampak secara menyeluruh terhadap biaya logistik kita,” jelas Saut.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, digitalisasi akan menjadi salah satu kunci dalam menurunkan biaya logistik.

Adanya national logistic ecosystem (NLE) dinilainya akan dapat menyeleraskan supply and demand  lalu lintas barang.

Karena itu, lanjut Airlangga, penguatan infrastruktur digital harus menjadi prioritas disamping pengembangan infrastruktur kapal dan pelabuhan.

"Situasi ini harus dapat segera diantisipasi, termasuk oleh pelayaran domestik. Digitalisasi akan mendorong terciptanya efisiensi logistik," kata Airlangga saat menjadi pembicara Virtual Expo Maritim Indonesia yang digelar Indonesian National Shipowner' Association (INSA) pekan lalu.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler