jpnn.com, BEKASI - Sejumlah orang tua siswa di SMA Negeri Kota Bekasi menjerit dengan pungutan di sekolah tempat anak mereka belajar.
Pasalnya, sejak diambil alih pihak provinsi, dana pendidikan menjadi gila-gilaan.
BACA JUGA: Antre Jual Emas Demi Biaya Sekolah Anak
Meski sudah melalui musyawarah dengan Komite Sekolah, banyak para wali murid yang mengaku keberatan.
Misalnya untuk biaya gedung dipungut Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta per siswa. Biaya SPP bulanan ditarik Rp 250-Rp 300 ribu per siswa.
Belum lagi biaya seragam, khusus untuk seragam putri dikenakan Rp 800 ribu, sedangkan seragam putra Rp 700 ribu.
’’Pusing, pusing, pungutannya gila-gilaan SMAN sekarang. Itu baru tahun ini sejak diambil alih provinsi. Padahal tahun lalu tidak segitu,’’ ungkap Ega yang adiknya duduk di SMAN 18.
Dirinya menjelaskan, uang SPP bulanan untuk tahun ajaran di SMAN 18 di Arenjaya, Kecamatan Bekasi Timur, ditarik Rp 250 ribu setiap bulannya.
“Sekarang itu disuruh bayar Rp 250 ribu setiap bulan. Dulu cuma Rp 50 ribu,” katanya.
Kemudian, kata dia, uang gedung untuk setiap siswa dikenakan sebesar Rp 2,5 juta. Belum lagi, uang baju untuk setiap siswa.
Sementara di SMAN 11, sumbangan dana awal tahun diminta Rp 2,5 juta, dengan biaya SPP per bulan Rp 300 ribu.
Keresahan para orang tua siswa itu sudah viral di media sosial sejak Sabtu (5/8). Beberapa di antara mereka menyesalkan pengelolaan SMA yang diambil alih oleh pemerintah provinsi. Padahal, sejak dikelola Pemerintah Kota Bekasi, pungutan sekolah SMA tidak sebesar saat ini.
’’Kembalikan SMA ke Pemkot Bekasi,’’ begitu aspirasi para warganet di medsos.(neo/zar/pj/gob)
Redaktur & Reporter : Yessy