MEDAN- Rektor Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Zulkarnaen Lubis menilai Program Bantuan Pendidikan Miskin Berprestasi (Bidik Misi), yang rencananya akan digelontorkan kepada 2.000 mahasiswa di perguruan tinggi swasta (PTS) belum memenuhi prinsip keadilan.
Sebab, alokasi itu dinilai terlalu kecil dan tak menjangkau kebutuhan mahasiswa miskin."Jika dibandingkan jumlah PTS, dan jumlahnya mahasiswanya itu masih kecil," ungkapnya.
Pada prinsipnya, bilang Zulkarnaen, PTS sangat mendukung munculnya kebijakan tersebut. Mengingat, salah satu upaya dalam memperbesar akses masyarakat dalam mencicipi pendidikan tinggi dan hendaknya juga dihitung secara proporsional.
"Mahasiswa yang kuliah di PTS itu bukan orang kaya semua, banyak juga mahasiswa miskin di PTS, tidak hanya di PTN. Namun, bukan persoalan miskin atau kaya, tetapi objeknya adalah masyarakat. Seharusnya ada pertimbangan yang objektif," jelasnya.
Dia juga mengatakan, pemberian bidik misi tidak hanya sebagai bentuk kompensasi BBM. Sebab, selama ini perhatian lebih ditujukan kepada PTN. Padahal, mereka-mereka yang kuliah di PTS merupakan bagian dari masyarakat Indonesia.
"Ya tidak seluruhnya dibebani APBN atau APBD. Pemerintah bisa meminta sektor swasta dengan menggalakkan orangtua asuh. Memberikan bantuan
tulus tanpa ada ikatan beban terhadap yang dibantu," terangnya.
Hal senda juga disampaikan Pembantu Rektor IV Universitas Panca Budi Medan, Indra Jaya Lubis. Dia mengatakan, pemerintah harus memperbesar jumlah bidik misi. "Kalau segitu masih tidak cukup, harus diperbesar," jelasnya.
Indra menekankan, pemberian bantuan pendidikan kepada masyarakat sudah menjadi keharusan pemerintah. Tidak hanya berlaku di PTN, namun juga di PTS. "Karena mau di PTS dan PTN mereka itu bagian dari masyarakat. Hanya saja kesempatan tidak didapatkan di PTN," terangnya.
Sementara itu, Koordinator Kopertis I Sumut-Aceh, M Nawawiy Lubis menyatakan, pihaknya hingga saat ini belum bisa menjelaskan berapa kuota untuk Sumut tersebut. "Belum, belum ada penjelasan lebih lanjut berapa kuota di Sumut," jelasnya.
Nawawiy menilai, jika dihitung dengan jumlah mahasiswa, dan PTS yang ada, maka jumlah itu terbilang sangat kecil. Namun, kesanggupan pemerintah disesuaikan beban APBN hanya mampu untuk 2.000 mahasiswa.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Djoko Santoso mengatakan, pihaknya akan memberikan program beasiswa itu kepada 2.000 mahasiswa di PTS. Beasiswa itu hanya diberikan kepada mahasiswa miskin berprestasi dari PTS dengan program studi (prodi) terakreditasi A.
Ia menjelaskan, mahasiswa PTS juga akan mendapatkan jatah yang sama dengan penerima bidik misi mahasiswa PTN, yaitu sekitar Rp12 juta per orang per tahun.
Seleksi bidik misi untuk mahasiswa PTS diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing perguruan tinggi.
Kemendikbud hanya memberikan beberapa rambu, seperti akreditasi program studi, program studi yang dipilih, dan mahasiswa yang bersangkutan memenuhi kriteria miskin berprestasi. Hingga saat ini, bidik misi telah menyentuh sekitar 50.000 mahasiswa miskin berprestasi. (uma)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hasil UKA Meresahkan Guru
Redaktur : Tim Redaksi