Bikin Geger Beijing, Isu Pencabutan Nol Covid-19 Ternyata Hoaks

Senin, 05 Desember 2022 – 01:57 WIB
Antrean warga Beijing, China, Minggu (1/5/2022), di lokasi tes PCR secara massal di Distrik Chaoyang. Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie

jpnn.com - Kota Beijing diguncang isu pencabutan kebijakan nol COVID-19 yang dalam tiga tahun terakhir diimplementasikan secara ketat di wilayah ibu kota China itu.

Beijing akan mencabut secara penuh pembatasan-pembatasan anti-pandemi mulai besok, mengakhiri tes massal asam nukleat, dan penerapan kode kesehatan, demikian isu yang menyebar secara daring sejak Sabtu (3/12) hingga Minggu.

BACA JUGA: Bomber China dan Rusia Mendekat, Jepang Kerahkan Pertahanan Udara, Tegang!

Rumor tersebut segera dibantah oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC) Kota Beijing.

Pada saat situasi pandemi di Beijing stabil, penularan di level masyarakat masih tinggi sehingga tidak boleh dianggap remeh, demikian CDC dikutip media-media China.

BACA JUGA: Prediksi Pentagon soal Kekuatan Nuklir Militer China pada 2035, Mengerikan!

"Jadilah orang pertama yang bertanggung jawab atas kesehatan Anda," seru CDC menanggapi rumor tersebut.

Dalam pertemuan dengan satuan tugas bentukan CDC, Ketua Partai Komunis China (CPC) Kota Beijing Yi Li, mengatakan bahwa situasi pandemi masih parah dan rumit.

BACA JUGA: AS Umumkan Daftar Negara Pelanggar Kebebasan Beragama, Arab Saudi dan China Masuk

Ia juga menyerukan pemangku kepentingan bekerja efektif berdasarkan ilmu pengetahuan dalam mengatasi lonjakan kasus positif COVID-19 terkini guna menghindari pandemi baru.

Satuan Tugas Anti-Pandemi bentukan Dewan Pemerintahan China telah mengeluarkan pernyataan menanggapi tuntutan publik atas diberlakukan paket 20 aturan baru anti-pandemi.

Ada tiga hal yang dipetakan Dewan Pemerintahan terkait gejolak sosial yang meletus di berbagai kota di China.

Pertama, kurangnya ketelitian dalam menerapkan upaya pencegahan pandemi sehingga sangat mempengaruhi mata pencaharian dan produktivitas masyarakat.

Kedua, penanganan yang tidak fleksibel dan kakunya sikap petugas di lapangan yang mengakibatkan buruknya komunikasi dengan masyarakat. Dan ketiga, penyampaian informasi anti-pandemi kepada masyarakat yang tidak tepat waktu dan tidak memadai.

Atas arahan dari pusat kepada beberapa daerah tersebut, Kota Beijing tidak lagi mempersyaratkan hasil tes negatif COVID-19 yang berlaku 48 jam kepada penumpang kendaraan umum.

Mal dan pusat-pusat perbelanjaan dibuka namun dengan tetap menunjukkan hasil negatif 48 jam bagi pengunjung dan aturan pembelian obat-obatan di apotek dan toko obat juga mulai dilonggarkan.

Warga Beijing tidak harus mendaftar dengan melampirkan informasi diri saat membeli obat flu, demam, dan anti-infeksi lainnya di apotek atau toko obat.

Di Beijing masih ditemukan 1.392 kasus positif baru COVID-19 pada Sabtu (3/12). (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler