Bima Arya: Pak Menhub dan Gubernur DKI, Kami Sudah Kewalahan

Senin, 06 Juli 2020 – 12:18 WIB
Ilustrasi antrean calon penumpang KRL di Stasiun Bogor. Foto: ANTARA/Riza Harahap

jpnn.com, BOGOR - Penumpang di Stasiun Bogor kembali membeludak hingga mengakibatkan antrean yang cukup padat dan panjang pada Senin (6/7) pagi ini.

Antrean bahkan hingga area parkir stasiun. Bahkan para penumpang harus rela mengantre 1,5-2 jam.

BACA JUGA: Kasus Corona di Kota Bogor: 2 Hari Terjadi Peningkatan, dari 3 Klaster

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebut kembali membeludaknya stasiun Bogor karena sistem pembagian shift kerja belum berjalan maksimal.

“Bapak Menteri Perhubungan (Menhub), dan Gubernur DKI Jakarta pagi ini warga Bogor harus mengantre selama 1,5-2 jam untuk bisa masuk ke gerbong kereta,” kata Bima saat meninjau Stasiun Besar Bogor, Senin (6/7).

BACA JUGA: Pasangan Kekasih Tewas di Indekos, Wanita Hanya Mengenakan Pakaian Dalam

“Bus yang kami siapkan sudah maksimal dan memang tidak bisa jadi solusi permanen,” kata Bima Arya.

Bima melihat, hal itu terjadi karena jumlah penumpang sudah mendekati angka normal karena banyak sektor telah dibuka di ibu kota tetapi kapasitas gerbong tetap dibatasi 35 persen.

BACA JUGA: Penjaga Bengkel Mendengar Ada yang Mengetuk Pintu, Darah Berceceran

Bima pun meminta agar sistem pembagian kerja di evaluasi total implementasinya. Idealnya waktu kerja lebih berjarak dan dipastikan berjalan di perkantoran.

“Enggak bisa ini, saya selalu sampaikan. Setiap Senin penumpang selalu bertambah. Hari ini saja kenaikan terlihat sekali,” katanya.

“Saya melihat shift kerja tidak berjalan. Kemarin dengan Pak Doni Munardo bilang di berbagai tempat shift sudah berjalan. Tetapi sepertinya, kebiasan berangkat penumpang tidak berubah,” papar Bima.

Ia menilai, ada beberapa faktor bisa saja masuk ke kantornya mungkin sesuai dengan shift, tetapi berangkatnya para penumpang yang tidak bisa dikontrol.

“Mungkin yang mesti dirubah jarak shiftnya kurang jauh. Ini tidak bisa begini terus. Kami juga kewalahan. KCI juga kewalahan,” lanjut Bima.

Bima pun menyebut, ketersediaan bus tidak akan berhasil karena diferensiasi kapasitas KRL dengan bus berbeda dan daya angkut bus serta KRL berbeda.

Setiap Senin penumpang KRL bisa mencapai 20.000, sedangkan bus berkapasitas 15 orang.

“Bus enggak bisa. Mau seribu busnya, enggak bisa. Penumpang 20.000, kapasitas bus 15 orang. Siapa yang mau menyediakan bus, intinya evaluasi total kerja,” pungkasnya. (adi/pojokbogor)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler