Pemasangan bingkai foto raksasa dengan tulisan yang berbunyi "I took the leap di sebuah situs bersejarah di mana seorang perempuan Aborijin pernah dikejar oleh polisi dan meninggal telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemilik lahan tradisional.
The Leap adalah sebuah gunung di luar wilayah Mackay yang dinamai seperti sebuah peristiwa bersejarah -di mana diyakini secara luas bahwa seorang perempuan Aborijin membawa anak perempuannya yang berusia tiga tahun melompat dari tebing untuk menghindari penangkapan oleh Polisi Asli Queensland -pada tahun 1860-an.
BACA JUGA: Barnaby Joyce Tak Jadi Pelaksana Tugas PM Australia
"I took the leap" dalam bahasa Inggris bisa berarti saya mengambil keputusan berani, tetapi bisa juga diartikan saya meloncat atau terjun dari ketinggian.
Perempuan itu terbunuh tapi putrinya selamat dan memiliki keturunan yang masih tinggal di Mackay.
BACA JUGA: Pembuatan Paspor RI di Melbourne Masih Terhambat
Daerah ini sekarang dianggap sebagai lokasi pembantaian, di mana polisi asli 'memporak-porandakan' penduduk Aborijin setempat menggunakan cara kekerasan.
Pemilik lahan tradisional Yuibera mengatakan bahwa mereka tidak diajak konsultasi tentang pemasangan bingkai baru -yang ditempatkan di puncak gunung dengan tulisan yang mereka lihat sebagai upaya untuk "mencabut nilai penting" dari sejarah gelap situs -tersebut.
BACA JUGA: Pria Australia Ini Pilih Pensiun Di Usia 35 Tahun
Setelah dihubungi, Departemen Lingkungan dan Ilmu Pengetahuan mengatakan bahwa bingkai foto tersebut akan dicabut.Tempat bersejarah
Bingkai itu muncul sekitar Natal dan bertempat di atas jalur pendakian di puncak gunung.
Pemasangannya tanpa seizin dewan kota dan ditempatkan di sana oleh pemandu wisata untuk mempromosikan sejarah kawasan ini.
Pemandu wisata itu tak bersedia berkomentar kepada ABC. Deb Netuschill, keturunan dari bayi Aborijin yang selamat, mengatakan, keluarganya merasa bingkai raksasa itu âtak sensitifâ dan âtak sopanâ.
ABC Tropical North: Rachel Riga
Deb Netuschil adalah cicit buyut dari Johanna Hazeldean, bayi yang selamat dari lompatan di gunung itu.
Ia mengatakan, keluarganya merasa bingkai itu "sangat tidak sopan".
"Itu adalah tempat pemaafan bagi kami karena sejarahnya dan karena apa yang terjadi," sebut Deb.
"Kami adalah salah satu garis keturunan yang bertahan hidup, tapi ada banyak anggota komunitas kami yang tidak bertahan."
"Di situlah kerabat kami terhenti, di situlah pembantaian terjadi."
Ia mengatakan, dirinya mengerti bahwa para pendaki pejalan ingin mendaki gunung, tapi kisah nenek moyangnya harus dihormati.
"Ketika saya melihatnya, saya merasa itu benar-benar tidak sopan dan ... sangat tidak peka terhadap keluarga kami," ujarnya.
"Saya pikir semua orang [di keluarga saya] merasakan hal yang sama."
"Bahkan jika niatnya mungkin bagus, mereka benar-benar telah menyinggung orang dengan melakukan itu."
Ini adalah awal dari ... masa dalam sejarah kami ketika terjadi hilangnya budaya dan bahasa kami, budaya kami, orang-orang kami, cara hidup kami."
"Saya bisa mengerti dalam contoh lain di mana mungkin tulisan 'Saya berhasil' cocok, saya mengerti bahwa itu adalah sesuatu yang telah Anda capai."
"Tapi memasang sesuatu tanpa terlalu memikirkannya, saya pikir ada ketidakpekaan tentang hal itu dan rasa tidak hormat." Departemen Lingkungan dan Ilmu Pengetahuan telah mengonfirmasi bahwa bingkai raksasa itu dipasang tanpa izin dan akan dicabut.
ABC Tropical North: Sophie Meixner Dianggap tidak peka
Perempuan asal komunitas Munanjahli dan seorang profesor di Universitaa Queensland, Chelsea Bond, mengatakan bahwa bingkai foto itu "mengerikan" dan mencerminkan praktik "penghinaan" yang lebih luas terhadap situs bersejarah Aborijin termasuk batu suci di Uluru.
"Ada pola perilaku dari non-Pribumi Australia di sini untuk pergi ke tempat-tempat suci kami dan tak menghargai mereka," sebutnya.
"Tindakan ini mencerminkan hubungan antara warga Aborijin dan non-Aborijin Australia dan rasa tak hormat yang tampaknya dimiliki warga non-Aborijin Australia terhadap masyarakat Aborijin."
"Penderitaan masyarakat adat telah lama menjadi hiburan bagi warga kulit putih di negara ini."
Ia mengatakan bahwa dirinya telah diajarkan sejarah gunung The Leap saat kecil dan merasa "kasihan dan muak" setiap kali ia mengunjungi daerah tersebut.
"Sepertinya ketika menyangkut sejarah penduduk Aboriji , tanah, keluarga kami, tidak ada yang sakral, dan itu mengejutkan saya bahwa seseorang akan berpikir bahwa ini akan sesuai atau bahkan kami harus mengatakan 'itu tidak sesuai'," ujarnya.
"Saya tak bisa membayangkan bagaimana rasanya bagi keluarga dan keturunan untuk mengetahui bahwa orang tak hanya mencemarkan tempat itu tapi juga mengolok-olok tragedi yang terjadi di sana, semuanya untuk sebuah foto, semuanya untuk medsos."
"Saya benar-benar tak mengerti bagaimana orang bisa begitu tidak manusiawi."
"Jika ini adalah situs di mana seorang perempuan kulit putih ... meregang nyawa, mereka tidak akan melakukan ini." Nama 'The Leap' seharusnya bertahan
Dr Bond mengatakan bahwa ia tidak setuju dengan penghapusan 'The Leap' sebagai nama tempat itu karena penting untuk memeringati sejarah Aborijin.
"Ada beberapa diskusi menarik seputar nama tempat ... yang mencerminkan sejarah yang gelap," sebutnya.
"Saya tak setuju untuk mengganti nama yang mencerminkan sejarah itu karena ini menceritakan tentang siapa kami dan dari mana kami berasal." Patung dari perempuan yang melompat dari tebing dengan bayinya berada di dasar situs ini.
ABC Tropical North: Sophie Meixner
"Penting untuk memahami kisah tempat itu selama beberapa generasi yang akan datang karena ini menceritakan tentang kami sebagai bangsa dan juga menceritakan tentang kekuatan orang Aborijin dalam hal apa yang telah kami jalani."
"Kecuali keluarga bersangkutan sendiri yang meminta perubahan nama itu, tentu saja saya tidak akan mendukungnya."
Deb setuju keluarganya mendukung nama itu..
"Terkadang Anda benar-benar harus mengakui sejarah dan itu termasuk sejarah hitam kami, masa kelam kami," kata Deb.
"Karena itu terjadi dan kami tak bisa menutupinya atau mengabaikannya."
"Bagi keluarga kami, [nama itu] telah membantu menjaga agar cerita tersebut tetap hidup."Bingkai foto akan dicabut
Setelah mendaki gunung itu, seorang penduduk Mackay yang bukan warga Aborijin yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa ia juga merasa bahwa bingkai foto itu tidak sesuai.
"Saya merasa itu ... tidak menghormati orang Aborijin dulu dan sekarang dan menunjukkan ketidakpedulian terhadap sejarah menyedihkan yang terkait dengan The Leap," katanya.
"Saya juga ingin memahami mengapa keindahan murni dari hutan hujan pesisir yang indah ini tak begitu indah tanpa bingkai selfie raksasa yang menunjukkan 'perjuangan mendaki gunung' ini."
Setelah diperingatkan tentang keberadaan bingkai raksasa itu oleh Deb dan keluarganya, Departemen Lingkungan dan Ilmu Pengetahuan mengatakan bahwa bingkai tersebut akan dicabut minggu ini.
Seorang juru bicara mengatakan bahwa tanda tersebut ditempatkan di sana tanpa persetujuan Dinas Layanan Taman Margasatwa dan Satwa Liar (QPWS).
"QPWS menghormati masyarakat adat [Yuibera] dan menyetujui bahwa bingkai foto itu menyinggung," kata juru bicara tersebut.
"Terlepas dari sifat tidak sensitif dari penanda itu, merupakan pelanggaran untuk memasang penanda apapun di taman nasional tanpa izin pihak berwenang."
"QPWS mencabut penanda yang tidak sah dari taman nasional."
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Isteri Hadiahkan Ginjal Untuk Suami Di Hari Valentine