PURWOKERTO - Teknologi biogas yang digadang-gadang menjadi bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah dan elpiji masih ternyata tidak begitu diminati Masyarakat Banyumas. Terlebih biogas dihasilkan dari limbah hasil kotoran hewan ternak, seperti diungkapkan Kasi Budidaya Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan Banyumas, Ir Sulistiono MSi saat ditemui di kantornya.
Menurut Sulistiono, kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan teknologi biogasyang dihasilkan dari kotoran ternak ini bersumber pada kurang praktisnya pengolahan yangdiperlukan guna menghasilkan bahan bakar alternatif ini.
"Kebanyakan para peternak merasa sudah cukup lelah setelah seharian "ngarit" (mencari rumput), membersihkan kandang serta memandikan ternak. Mereka malas untuk mengumpulkan kotoran hewan ternak dan mengangkutnya ke tempat penampungan untuk diolah menjadi biogas," ujar Sulistiono.
Di Banyumas sendiri, katanya distribusi bahan bakar gas terhitung cukup lancar, dan harganya pun cenderung stabil. Sehingga masyarakat lebih memilih untuk membeli elpiji karena lebih praktis. "Padahal kami sudah pernah mensosialisasikan bahwa dengan biogas dapat menghemat rata-rata Rp 60 ribu per bulan untuk bahan bakar." ujar Sulistiono.
Untuk saat ini, daerah yang menggunakan biogas dengan cukup maksimal adalah di Desa Kalisari, Cilongok. Di sana, biogas dihasilkan dari sisa limbah industri tahu, yang memang menjadi industri utama disana. Di Kalisari, hampir dari setiap rumah memiliki industri tahu, sehingga limbah tahu yang dihasilkan bisa mencapai lima meter kubik per hari.
“Tahun 2012, kami belum ada pengajuan untuk pembangunan fasilitas biogas, karena selain minat masyarakat yang rendah, departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) lah yang sekarang lebih concern kesitu.” pungkas Sulistiono menutup pembicaraan. (san/nun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Audit Raw Sugar Hingga Distribusi
Redaktur : Tim Redaksi