JAKARTA - Saat ini masyarakat membutuhkan pempimpin yang transformasional, bukan transkasional. Pemimpin harus yang reformis dan tanggap terhadap perubahan. Sebab, tantangan birokrasi ke depan semakin berat karena tuntutan perubahan.
Demikian ditegaskan Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Wamen PAN&RB) Eko Prasojo dalam keterangan resminya, Sabtu (14/7).
"Tantangan berat bagi birokrasi bukannya mengadopsi pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan aktivitas sehari-hari, melainkan melakukan perubahan mental. Ini saya alami sendiri setelah antara 8-9 bulan bekerja di lingkungan birokrasi," ujarnya.
Dia mengungkapkan, kesulitan terbesar dalam birokrasi adalah mengubah kebiasaan. Yang tadinya nyaman menjadi kompetitif. Demikian juga dalam sistem perencanaan dari tidak baik menjadi baik. "Kebiasaan yang tidak terukur kinerjanya menjadi kebiasaan yang sangat terukur kinerjanya, fokus pada target-target kinerja. Ini yang paling sulit,” tegasnya.
Guru besar Universitas Indonesia ini menambahkan, bukan jamannya lagi memimpin dengan cara-cara transaksi, apalagi transaksi di luar ketentuan peraturan dan perundang-undangan. "Ini yang paling banyak terjadi di kalangan birokrasi. Contohnya transasksi untuk promosi jabatan,” ucapnyanya.
Eko mengingatkan adanya kecenderungan patronasi birokrasi, ketaatan kepada pemimpin yang tidak positif, melainkan dalam kaitannya dengan ketergantungan.
“Ini tantangan terbesar. Sekarang harus tidak boleh lagi melihat orang dari kedekatan dengan seseorang pemimpin, tetapi dilihat dari kompetensi dan kinerjanya. Inilah yang saya maksudkan dengan perubahan kultur, cara berpikir, paradigma,” tandasnya. (Esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Marzuki Minta KPK Tidak Tebang Pilih
Redaktur : Tim Redaksi