Bisa Tidur jika Minum Obat Tidur

Selasa, 03 Januari 2012 – 09:52 WIB
Foto: Dok.JPNN

ENTAH sudah berapa kali Gamawan Fauzi menyatakan akan mengundurkan diri sebagai mendagri, jika hingga akhir 2012 target pembuatan Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-KTP) meleset dari target, 172 juta e-KTP.

Untuk 2011, target sudah meleset. Data yang disampaikan Plt Dirjen Administrasi Kependudukan, Kemendagri, Irman, di gedung Kemendagri, Selasa (27/12), hingga Senin 26 Desember 2011, baru 31 juta e-KTP yang sudah terekam. Padahal, target hingga pengujung 2011 59 juta e-KTP.

Bagaimana Gamawan Fauzi menyikapi data itu? Pria berkumis tebal asal Sumbar itu tetap saja optimis. Kok bisa? Berikut penuturan menteri kelahiran 1957 itu kepada wartawan di press room Kemendagri, Senin (2/1).

Masuk 2012, akankah dievaluasi pelaksanaan program e-KTP?
Ya, kita akan segera melakukan evaluasi terhadap program pembuatan e-KTP ini. Akan ada beberapa hal yang kita optimalkan. Bagi daerah yang perekaman e-KTP-nya sudah mencapai 90 persen, maka satu dari dua alat yang ada kecamatan, bisa dipinjamkan ke daerah lain yang akan melakukan program pembuatan e-KTP di tahun 2012 ini.

Terobosan lain?
Untuk kota-kota besar yang padat penduduknya, didorong agar mengadakan atau membeli peralatan pembuatan e-KTP, sehingga jumlah alatnya bertambah. Seperti Surabaya. Karena toh nanti peralatan itu akan dipergunakan terus-menerus.

Tetap optimis target tercapai?
Ya, saya optimis tercapai. Nanti dihitung kemampuan perekaman per harinya. Jika pada 2012 harus direkam 110 juta e-KTP, dibagi 165 hari ketemunya berapa. Kalau hingga hingga akhir Desember 2011 sudah terekam 40 juta, itu kan hanya dua bulan, maka saya tak khawatir dalam 12 bulan lagi untuk 172 juta. Saya optimis 172 juta tercapai hingga akhir tahun. Saya kian optimis melihat fakta tingginya antusiasme warga dan petugas di lapangan. Di Palembang pelayanan hingga jam 12 malam. Di Papua, satu aula penuh dengan antrean. Begitu pun di Manado, Padang. Saya sampaikan terima kasih kepada masyarakat dan petugas di lapangan.

Proyek ini sempat mendapat sorotan tajam dari publik...
Ya, tahun kemarin habis energi kita untuk urusan tender, ribut ini ribut itu. Efektif baru awal Oktober, baru teken kontrak. Belum lagi saya harus minta pendapat BPKP, BPK, Kejagung. Saya tambah-tambah lagi aturan agar tak ada masalah lagi, untuk berjaga-jaga.

Apa sih problem-problem di lapangan?
Bermacam-macam. Ada alat yang dicuri orang, di Bima 11 alat rusak (saat kerusuhan). Yang seperti ini harus dibicarakan. Kalau rusak dan hilang karena bencana, yang tanggung jawab perusahaan seperti diatur dikontrak. Kalau bupatinya yang lalai, bupatinya yang ganti.

Masalah lain?
Soal pengiriman data hasil rekaman ke pusat data juga ada masalah. Misalnya, dalam sehari bisa terekam 400 ribu data, maka tidak bisa seluruhnya bisa terkirim ke pusat data dalam sehari itu. Sisanya masih mandek di daerah, yang harus dicicil dikirim.

Anda terbebani dengan proyek ini?
Saya jujur saja, saya sebulan tak bisa tidur. Deg-degan, takut sistem tak jalan. Karena sistem itu teknologi, karena tak jalan bagaimana. Berat badan saya sampai susut empat kilo. Karena sistem itu teknologi, karena tak jalan bagaimana. Setelah sistem jalan, saya lega

Karena Anda janji akan mundur jika gagal?
Oh, tidak. Ini bentuk tanggung jawab saya. Saya sering tengah malam menerima laporan ada masalah di lapangan. Begitu terima laporan, langsung telepon Pak Irman, (Plt Dirjen Administrasi Kependudukan, Irman). Setiap dua jam terbangun, dua jam terbangun. Jam 12 malam pun saya telepon Pak Irman, saya minta cek. Kalau tak ada masalah lagi, baru bisa tidur. Itu pun minum obat tidur. (sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kematangan tak Ditentukan Usia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler