Bisa Ubah Kebijakan Ketentaraan

Minggu, 01 September 2013 – 16:10 WIB

jpnn.com - BRADLEY Manning, setidaknya dua kali bikin kehebohan. Pertama, saat dia membocorkan rahasia negara kepada situs WikiLeaks. Kedua, saat membocorkan rahasia pribadi, bahwa sesungguhnya dia ingin menjadi perempuan.

BRADLEY Manning sungguh ingin menghapus jejaknya sebagai seorang laki-laki. Prajurit angkatan darat Amerika Serikat yang divonis penjara 35 tahun setelah membocorkan rahasia negara kepada situs WikiLeaks itu kini hanya sudi dikenal sebagai Chelsea Elizabeth Manning –seorang perempuan. Banyak media asing yang sudah mengganti kata ganti orang ketiga untuk menyebut Manning dari ’’he’’ menjadi ’’she’’.

BACA JUGA: Mantan Ratu Renang Inggris Ditolak Reality Show Dansa

’’Saya ingin semua orang tahu jati diri saya. Saya adalah Chelsea Manning. Saya seorang perempuan,’’ tulis Manning dalam testimoninya yang berjudul ’’Babak Berikutnya dari Kehidupan Saya’’ yang dibacakan pengacaranya David Coombs.

Meski nantinya Manning akan diberhentikan secara tidak hormat terkait dengan vonis hukumnya, ahli komputer tersebut akan tetap menjadi bagian dari militer AS. Apalagi dalam sistem hukum AS dikenal istilah pengampunan dan pembebasan bersyarat.

BACA JUGA: Tunggu Restu Kongres, Obama Tunda Serangan ke Suriah

Keputusan Manning itu tidak hanya mengagetkan publik, tetapi juga militer AS. Saat ini pria 25 tahun tersebut sedang mengajukan sertifikasi medis untuk mengakreditasi status transgender-nya. Jika sertifikasi itu selesai, militer dan Departemen Pertahanan AS harus mengambil keputusan yang sulit.

Diagnosis dari dokter yang terakreditasi akan mengubah sejumlah aspek terkait dengan masa depan Manning dan bahkan, regulasi di dalam militer AS. Sebab, Manning bakal menjadi preseden baru soal eksistensi seorang transgender di tubuh militer AS.

BACA JUGA: Sandeen Kini Diakui Sebagai Perempuan

Di satu sisi, menjadi seorang transgender tidak ada hubungannya dengan aktivitas kejahatan, kapasitas mental, intelektual, atau kemampuan yang lain. Artinya, menjadi transgender merupakan isu terpisah yang tidak boleh memengaruhi perlakuan negara terhadap warganya.

Namun di dalam regulasi medis Departemen Pertahanan, seorang transgender diharamkan menjadi tentara. Hampir tidak ada ruang bagi transgender untuk bisa menjadi serdadu. Untuk bergabung dalam militer, kandidat yang potensial harus menjalani tes fisik. Selama pemeriksaan berlangsung, pihak militer bisa menolak calon tentara yang terbukti sudah melakukan operasi kelamin.

Bahkan, ketika seseorang tidak melakukan operasi kelamin namun diidentifikasi sebagai transgender, militer bisa menganggapnya sebagai kondisi kesehatan mental yang bisa mendiskualifikasi mereka untuk menjadi tentara.

Bagi transgender yang sudah telanjur aktif di dalam militer dan berpikir akan memulai perubahan fisik, mereka juga harus berpikir seribu kali. Militer mempunyai sistem pengawasan yang ketat untuk mendeteksi mereka.

Selain itu, militer tidak menyediakan dukungan medis yang diperlukan untuk mengubah jenis kelamin. Kalaupun mencari dukungan perawatan di luar militer, mereka tetap berisiko. Sebab, mereka harus melaporkan aktivitas itu kepada militer. Jika tidak melapor, mereka bisa dituntut dalam pengadilan militer dan dituduh sebagai desertir.

Nah, di Penjara Leavenworth yang berkapasitas 550 tempat tidur dan tidak satu pun narapidana perempuan di sana, satu hal yang perlu dijaminkan adalah perlakuan manusiawi terhadap Manning (atau Chelsea).

Yakni, garansi tanpa pelecehan dan perlakuan semena-mena. Sebab, hal itu memang dijamin konstitusi AS dan nilai-nilai kemanusiaan. Apalagi Chelsea memang tidak mau pindah dari penjara militer tersebut dan berniat menjalani hukuman bersama narapidana pria yang lain. ’’Adalah kewajiban negara memastikan keselamatan Manning,’’ kata Kristin Beck seorang kolumnis militer di Guardian.

Chelsea menyatakan siap melakukan terapi hormon estrogen untuk mendukung hasratnya menjadi wanita tulen. Pentagon jelas tidak menyediakan instrumen legal dan dukungan medis untuk itu. Namun, Chelsea siap membiayai terapi tersebut sendiri. Sejumlah kalangan menganggap bahwa menghalangi niat Manning untuk melakukan terapi hormon merupakan tindakan yang tidak terpuji. Akankah peraturan itu diamandemen?

Lebih jauh lagi, pernah berlaku kebijakan Don’t Ask Don’t Tell (DADT) dalam militer AS. DADT merupakan kebijakan yang melarang tentara aktif mengaku secara terbuka kepada publik bahwa mereka adalah gay atau lesbian. Seiring dengan dorongan pemerhati hak asasi manusia, peraturan yang berlaku sejak 21 Desember 1993 itu akhirnya dicabut pada 20 September 2011. Sayangnya, DADT tidak memasukkan unsur transgender di dalamnya.

Artinya, identitas transgender yang masih menjadi tentara AS harus tetap ditutupi sebelum adanya perubahan kebijakan. Selain itu, pengakuan sebagai transgender di depan publik adalah kejahatan dan bisa dipidanakan. Apakah Manning juga akan membawa revolusi kecil di dalam tubuh militer AS" (The Guardian/DailyMail/cak/c15/dos )

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tangki Amoniak di China Bocor, 15 Tewas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler