Bisnis Ketat, Laba Bank Tetap Melesat

Selasa, 29 April 2014 – 09:32 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Di tengah pengetatan penyaluran kredit oleh otoritas moneter, perbankan di tanah air masih mampu membukukan kinerja cemerlang pada awal tahun. Hal ini terlihat dari keuntungan beberapa bank besar Indonesia yang naik cukup signifikan.

Misalnya PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang membukukan laba bersih sebesar Rp 3,7 triliun pada kuartal pertama tahun ini, atau meningkat 26,7 persen dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) sebesar Rp 2,9 triliun. Kenaikan laba yang tinggi tersebut didorong oleh pendapatan operasional perseroan yang tumbuh 27,3 persen yoy menjadi Rp 9,7 triliun.

BACA JUGA: LCGC Dorong Kontribusi Ekonomi 0,3 Persen

Tidak pelak, marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) meningkat 60 basis poin (bps) menjadi 6,5 persen pada akhir Maret 2014, dari 5,9 persen Maret 2013. Capaian NIM tinggi tersebut berada di tengah perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit sesuai dengan arahan Bank Indonesia (BI).

Pada kuartal pertama tahun ini, portofolio kredit BCA mencapai Rp 317,2 triliun, meningkat 19,7 persen yoy.

BACA JUGA: BBM Ayla 31,6 Kilometer Perliter

"NIM dari tahun lalu bergerak agak naik. Karena ada peningkatan suku bunga dan penambahan volume kredit yang cukup pesat. Lalu ada pula realisasi kredit pada Desember 2013 yang berdampak ke 2014. Sehingga NIM kami bergerak naik," ungkap Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja.

Selain itu, Jahja mengungkapkan, pihaknya optimistis terhadap industri perbankan, kendati perekonomian akan melambat dalam jangka pendek. "Kondisi likuiditas memang semakin ketat, namun portofolio kredit terus tumbuh. Sehingga ini mengindikasikan keyakinan pelaku bisnis masih tinggi," ujarnya.

BACA JUGA: Tempuh 31,6 Kilometer, Ayla Cukup Minum BBM 1 Liter

Di satu sisi, PT OCBC NISP Tbk mencatat peningkatan penyaluran kredit sebesar 18 persen yoy. Yakni dari Rp 53,7 triliun menjadi Rp 63,6 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Laba bersih perseroan akhir Maret pun melonjak 38 persen di posisi Rp 341 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 247 miliar.

Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, penyaluran kredit awal tahun ini tetap dilakukan dengan hati-hati. Tingkat rasio kredit bermasalah perseroan (non performing loan/NPL) pun terjaga di 0,8 persen. "Kami harap kondisi ekonomi tanah air semakin membaik. Untuk memaju laju bisnis kami," paparnya.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sepanjang kuartal pertama 2014 membukukan laba bersih sebesar Rp 4,9 triliun naik 14,5 persen dibandingkan Rp 4,3 triliun pada periode sama 2013. Sejalan dengan itu total aset meningkat 13,9 persen menjadi Rp 729,5 triliun sebagai bank dengan aset tertinggi di Indonesia.

Wakil Direktur Utama BMRI, Riswinandi, mengatakan peningkatan aset tidak terlepas dari pertumbuhan signifikan dari penyaluran kredit secara total mencapai Rp 470,4 triliun atau naik 20,1 persen dibandingkan Rp 391,6 triliun pada periode sama tahun lalu. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit segmen mikro sebesar 36,4 persen menjadi Rp 28,2 triliun.

"Jumlah nasabah kredit mikro meningkat menjadi 358 ribu nasabah dari 327 ribu nasabah pada kuartal pertama 2013," ujarnya saat public expose di Plaza Mandiri, Jakarta, kemarin.

Kredit untuk segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tumbuh 16,1 persen menjadi Rp 64,6 triliun dibandingkan Rp 55,6 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.

"Meskipun beberapa indicator belum pulih benar, kita masih mampu menumbuhkan kredit sebesar hampir 21 persen. Tapi kenaikan ini tidak terlepas dari faktor nilai mata uang terutama Rupiah sempat terdepresiasi mulai Mei 2013. Sedangkan kita punya kredit dengan mata uang asing sebesar USD 5,5 miliar. Sehingga kalau tanpa memertimbangkan depresiasi rupiah itu kredit kita sebenarnya tumbuh sekitar 18 persen di kuartal pertama tahun ini. Dan itu sudah sesuai dengan RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Belanja) kita tahun ini sekitar 18 persen sampai 20 persen," tutur Direktur BMRI, Pahala Mansury.


Pertumbuhan kredit juga diikuti dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi Rp 531,6 triliun pada kuartal pertama tahun ini atau naik 13,8 persen dibandingkan Rp 467,01 triliun pada periode sama tahun lalu. Dengan tambahan ini total dana murah (low cost funds) perseroan meningkat sebesar 15,3 persen menjadi Rp 334,7 triliun dibandingkan Rp 290,2 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. (gal/gen)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PT PP Sudah Raup Laba Bersih Rp 61,43 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler