jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani mengungkap keuntungan bisnis kotor dari calo penyalur tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal.
Benny mengatakan berdasarkam informasi yang diperolehnya, tiap calo biasanya dimodali Rp 45 juta untuk merekrut satu calon TKI ilegal.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Polisi Indonesia Gagalkan Pengiriman TKI Ilegal ke Kamboja
Uang tersebut digunakan calo untuk membiaya ongkos TKI, seperti visa, tiket transportasi, makan, dan lainnya.
"Rata-rata satu orang calo mendapat keuntungan dari satu PMI (pekerja migran Indonesia) yang dikorbankan untuk berangkat itu Rp 10-15 juta, jadi, ini bisnis kotor," kata Benny kepada wartawan, Kamis (29/9) malam.
BACA JUGA: Mufida Minta Pemerintah Segera Pulangkan 53 TKI Korban Penipuan di Kamboja
Menurut Benny, negara tak boleh kalah dalam membasmi bisnis kotor penyaluran TKI ilegal.
"Sindikat ini berpesta pora dari bisnis kotor memperdagangkan anak-anak bangsa. Ini, kan, cara-cara jahat, cara-cara yang biadab yang itulah negara enggak boleh kalah," ujar Benny.
Sebelumnya, BP2MI menggerebek sebuah tempat penampungan tenaga kerja Indonesia (TKI) di Jalan Raya Hankam, Jatisampurna, Kota Bekasi, Kamis (29/9) malam.
BP2MI menemukan sekitar 161 calon tenaga kerja wanita (TKW) diduga ilegal yang ditampung di tempat tersebut.
Adapun para calon TKW itu berasal dari berbagai daerah, seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Lampung.
Ratusan orang itu rencananya bakal bekerja di Arab Saudi sebagai pekerja rumah tangga.
"Semua ke Arab Saudi ya padahal kami sejak 2015 pemerintah sudah menyatakan moratorium penempatan pekerja rumah tangga ke Timur Tengah termasuk ke Saudi karena banyak kasus-kasus yang dialami oleh para pekerja kita baik kekerasan fisik, kekerasan seksual, gaji yang tidak dibayar," kata Benny kepada wartawan. (cr1/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Dean Pahrevi