Bitcoin Tembus Rp800 Juta, Begini Respons CEO Indodax

Selasa, 12 Oktober 2021 – 13:40 WIB
CEO INDODAX Oscar Darmawan. Foto dok INDODAX

jpnn.com, JAKARTA - Harga Bitcoin kembali mengalami kenaikan, menembus harga Rp824 juta, per Selasa (12/10) dini hari. Dengan harga ini, kapitalisasi pasar aset kripto ini melebihi USD 1 triliun.

CEO Indodax Oscar Darmawan menjelaskan mengenai faktor-faktor naik turunnya harga suatu aset kripto.

BACA JUGA: Evan Sanders Ungkap Kondisi Amanda Manopo

“Naik turunnya harga aset kripto yang volatilitasnya tinggi ini sebenarnya bisa diakibatkan oleh beberapa faktor. Sentimen berita internasional yang menyorot soal kripto maupun ekonomi makro dan mikro juga turut mempengaruhi harga aset kripto," jelas Oscar.

Yang pertama adalah hukum pasar tentang penawaran dan permintaan. Apabila penawaran sedikit namun permintaannya banyak maka harga otomatis akan naik begitu pula sebaliknya.

BACA JUGA: Doa Agar Mendapat Pahala Miliaran

Di dalam kasus ini, Bitcoin memiliki stok yang 'terbatas' namun permintaan semakin banyak dari seluruh dunia, maka wajar saja harganya setiap tahun semakin tinggi.

Tidak hanya itu, faktor psikologis para investor pun teruji.

BACA JUGA: Rakyat Masih Gaptek Dipaksa Pakai Bitcoin, Beginilah Jadinya

Semakin banyak orang yang mempercayai kripto sebagai sebuah aset yang layak untuk dimiliki membuat masyarakat, makin banyak yang berminat untuk membeli jadi harganya makin menguat.

Usai market merah yang terjadi karena kasus Evergrande dan pelarangan kripto oleh Tiongkok, nyatanya sentimen berita positif mengenai kripto semakin banyak bermunculan.

“Dukungan terhadap Bitcoin dan kripto juga datang dari regulator keuangan negara Swiss yang menyetujui investasi kripto karena dinilai akan memicu inovasi teknologi, serta berita perusahaan manajemen aset besutan George Soros, yakni Soros Fund Management yang mengkonfirmasi bahwa perusahaan sudah memiliki bitcoin," tambah Oscar.

Bukan tidak mungkin, salah satu penyebab utama harga Bitcoin yang naik pada Oktober lainnya juga disebabkan oleh update blockchain Bitcoin bernama Taproot, untuk menambah fungsi smart contract pada bitcoin.

Sampai sekarang, smart contract hanya bisa dijalankan di jaringan Ethereum.

Maka dari itu dengan adanya upgrade Taproot yang diperkirakan akan ada pada Oktober atau November ini, akan menambah efisiensi Bitcoin.

“Dengan adanya upgrade Taproot ini, privasi dan efisiensi transaksi akan lebih baik lagi. Peningkatan efisiensi ini tentu menjadi salah satu faktor kuat pendorong 'investor besar' untuk berinvestasi di Bitcoin, sehingga Bitcoin mengalami kenaikan. Bitcoin adalah blockchain publik, dan siapa pun dapat memantau transaksi yang terjadi di jaringan," kata Oscar.

Oscar menambahkan penurunan harga Bitcoin yang sempat terjadi beberapa waktu lalu akibat kasus Evergrande dan pelarangan negara Tiongkok, tidak berdampak serius terhadap Bitcoin.

Melihat animo orang orang yang sudah mulai berinvestasi di Bitcoin dan aset kripto lainnya, rasanya susah untuk mematikan tren ini.

“Hanya butuh waktu satu pekan bagi Bitcoin untuk menunjukkan tajinya dari harga Rp690 juta ke Rp824 juta. Kenaikan harga Bitcoin terjadi tentu karena tingginya permintaan. Tingginya permintaan terjadi karena adanya trust atau kepercayaan serta orang orang yang sudah memahami fundamental Bitcoin. Kini, sudah banyak masyarakat yang melek berinvestasi di aset kripto,” kata Oscar Darmawan.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler